Abortus
No. ICPC-2 : W82 Abortion spontaneous
No. ICD-10 : O03.9 Unspecified abortion, complete, without complication
No. ICPC-2 : W82 Abortion spontaneous
No. ICD-10 : O06.4 Unspecified abortion, incomplete, without complication
Tingkat Kemampuan Abortus komplit 4A Abortus inkomplit 3B Abortus insipiens 3B
Masalah Kesehatan
Abortus ialah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan,dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 gram.
Jenis dan derajat abortus :
a. Abortus imminens adalah abortus tingkat permulaan, dimana terjadi perdarahan pervaginam ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi ma nijksd vbhunjck sih baik dalam kandungan.
b. Abortus insipiens adalah abortus yang sedang mengancam dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri.
c. Abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri masih ada yang tertinggal.
d. Abortus komplit adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan yang terdapat pada pasien abortus antara lain:
a. Abortus imminens
-
Riwayat terlambat haid dengan hasil B HCG (+) dengan usia kehamilan dibawah 20 minggu
-
Perdarahan pervaginam yang tidak terlalu banyak, berwarna kecoklatan dan bercampur lendir
-
Tidak disertai nyeri atau kram
b. Abortus insipiens
-
Perdarahan bertambah banyak, berwarna merah segar disertai terbukanya serviks
-
Perut nyeri ringan atau spasme (seperti kontraksi saat persalinan)
c. Abortus inkomplit
-
Perdarahan aktif
-
Nyeri perut hebat seperti kontraksi saat persalinan
-
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
-
Mulut rahim terbuka dengan sebagian sisa konsepsi tertinggal
-
Terkadang pasien datang dalam keadaan syok akibat perdarahan
d. Abortus komplit
-
Perdarahan sedikit
-
Nyeri perut atau kram ringan
-
Mulut rahim sudah tertutup
-
Pengeluaran seluruh hasil konsepsi Faktor Risiko
a. Faktor Maternal
-
Penyakit infeksi
-
Kelainan hormonal, seperti hipotiroidisme
-
Gangguan nutrisi yang berat
-
Penyakit menahun dan kronis
-
Alkohol, merokok dan penggunaan obat-obatan
-
Anomali uterus dan serviks
-
Gangguan imunologis
-
Trauma fisik dan psikologis
b. Faktor Janin
Adanya kelainan genetik pada janin
c. Faktor ayah
Terjadinya kelainan sperma
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
a. Penilaian tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
b. Penilaian tanda-tanda syok
c. Periksa konjungtiva untuk tanda anemia
d. Mencari ada tidaknya massa abdomen
e. Tanda-tanda akut abdomen dan defans musculer
f. Pemeriksaan ginekologi, ditemukan:
- Abortus iminens
a) Osteum uteri masih menutup
b) Perdarahan berwarna kecoklatan disertai lendir
c) Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
d) Detak jantung janin masih ditemukan
- Abortus insipiens
a) Osteum uteri terbuka, dengan terdapat penonjolan kantong dan didalamnya berisi cairan ketuban
b) Perdarahan berwarna merah segar
c) Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
d) Detak jantung janin masih ditemukan
- Abortus inkomplit
a) Osteum uteri terbuka, dengan terdapat sebagian sisa konsepsi
b) Perdarahan aktif
c) Ukuran uterus sesuai usia kehamilan
- Abortus komplit
a) Osteum uteri tertutup
b) Perdarahan sedikit
c) Ukuran uterus lebih kecil usia kehamilan Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG.
b. Pemeriksaan tes kehamilan (BHCG): biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus.
c. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaam penunjang.
Diagnosis Banding
Kehamilan ektopik, Mola hidatidosa, Missed abortion. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada abortus ialah perdarahan, infeksi, perforasi, syok.
Tabel 14.9 Macam – Macam Abortus
Diagnosis | Perdarahan | Nyeri Perut | Uterus | Serviks | Gejala Khas |
Abortus | Sedikit | Sedang | Sesuai | Tertutup | Tidak |
iminens | usia | ada | |||
gestasi | epulsi | ||||
jaringan | |||||
konsepsi |
Abortus insipiens Abortus inkomplit Abosrtus komplit | Sedang- banyak Sedang- banyak Sedikit | Sedang- hebat Sedang- hebat Tanpa/ sedikit | Sesuai usia kehamil an Sesuai dengan usia kehamil an Lebih kecil dari usia gestasi | Terbuka Terbuka Terbuka/tertut up | Tidak ada epulsi jaringan konsepsi Epulsi sebagian jaringan konsepsi Epulsi seluruh jaringan konsepsi |
Missed abortion | Tidak ada | Tidak ada | lebih kecil dari usia kehamil an | Tertutup | Janin telah mati tapi tidak ada epulsi jaringan konsepsi |
Gambar 14.2 Jenis abortus
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan Umum
Pada keadaan abortus kondisi ibu bisa memburuk dan menyebabkan komplikasi. Hal pertama yang harus dilakukan adalah penilaian cepat terhadap tanda vital (nada, tekanan darah, pernasapan dan suhu).
Pada kondisi di jumpai tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikan antibiotika dengan kombinasi:
a. Ampicilin 2 gr IV /IM kemudian 1 gr setiap 6 jam
b. Gentamicin 5 mg/KgBB setiap 24 jam
c. Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam
d. Segera melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan Sekunder / RS
Penatalaksaan Khusus sesuai dengan Jenis Abortus
a. Abortus imminens:
-
Pertahankan kehamilan
-
Tidak perlu pengobatan khusus
-
Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual
-
Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan antenatal termasuk pemantauan kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4 minggu. Lakukan penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi
-
Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG, nilai kemungkinan adanya penyebab lain.
-
Tablet penambah darah
-
Vitamin ibu hamil diteruskan
b. Abortus insipiens
-
Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman selama tindakan evakuasi, serta memberikan informasi mengenai kontrasepsi paska keguguran.
-
Jika usia kehamilan< 16 minggu : lakukan evakuasi isi uterus;
Jika evakuasi tidak dapat dilakuka segera: berikan ergometrin 0.2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu)
-
Jika usia kehamilan > 16 minggu:
Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi hasil konsepsi dari dalam uterus. Bila perlu berikan infus oksitosin 40 IU dalam 1 L NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tetes per menit
-
Lakukan pemantauan paska tindakan setiap 30 menit selama 2 jam, Bila kondisi baik dapat dipindahkan ke ruang rawat.
-
Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium
-
Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb setelah 24 jam. Bila kadar Hb > 8gr/dl dan keadaan umum baik, ibu diperbolehkan pulang
c. Abortus inkomplit
-
Lakukan konseling
-
Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi)
-
Evaluasi tanda-tanda syok, bila terjadi syok karena perdarahan, pasang IV line (bila perlu 2 jalur) segera berikan infus cairan NaCl fisiologis atau cairan ringer laktat disusul dengan darah.
-
Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan<16 minggu, gunakan jari atau forcep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari serviks Jika perdarahan berat dan usia kehamilan< 16 minggu, lakukan evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) merupakan metode yang dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan apabila AVM tidak tersedia. Jika evakuasi tidak dapat dilakuka segera: berikan ergometrin 0.2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu)
-
Jika usia kehamilan > 16 minggu berikan infus oksitosin 40 IU dalam 1 L NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tetes per menit
-
Lakukan pemantauan paska tindakan setiap 30 menit selama 2 jam, Bila kondisi baik dapat dipindahkan ke ruang rawat.
-
Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium
-
Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb setelah 24 jam. Bila kadar Hb > 8gr/dl dan keadaan umum baik, ibu diperbolehkan pulang
d. Abortus komplit
Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila menderita anemia perlu diberikan sulfas ferosus dan dianjurkan supaya makanannya mengandung banyak protein, vitamin dan mineral.
Pencegahan
a. Pemeriksaan rutin antenatal
b. Makan makanan yang bergizi (sayuran, susu,ikan, daging,telur).
c. Menjaga kebersihan diri, terutama daerah kewanitaan dengan tujuan mencegah infeksi yang bisa mengganggu proses implantasi janin.
d. Hindari rokok, karena nikotin mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta.
e. Apabila terdapat anemia sedang berikan tablet Sulfas Ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu,bila anemia berat maka berikan transfusi darah.
Rencana Tindak Lanjut
a. Melakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional
b. Menganjurkan penggunaan kontrasepsi pasca keguguran karena kesuburan dapat kembali kira-kira 14 hari setelah keguguran. Untuk mencegah kehamilan, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) umumnya dapat dipasang secara aman setelah aborsi spontan atau diinduksi. Kontraindikasi pemasangan AKDR pasca keguguran antara lain adalah infeksi pelvik, abortus septik, atau komplikasi serius lain dari abortus.
c. Follow up dilakukan setelah 2 minggu.
Kriteria Rujukan
Abortus Insipiens, Abortus Inkomplit, perdarahan yang banyak, nyeri perut, ada pembukaan serviks, demam, darah cairan berbau dan kotor
Peralatan
a. Inspekulo
b. Laboratorium sederhana untuk pemeriksan tes kehamilan .
c. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutin.
d. USG
Prognosis
Prognosis umumnya bonam.
Referensi
a. Saifuddin, A.B. Ilmu Kebidanan. Perdarahan pada kehamilan muda. Ed 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.2009: p. 460-474.(Prawirohardjo, et al., 2010)
b. KementerianKesehatan RI dan WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: KementerianKesehatan RI. 2013(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013)
c. Saifuddin, A.B. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2001; 146-147.(Saifuddin, 2011)