Bronkitis Akut
No. ICPC II : R78 Acute bronckitis /bronchiolitis No. ICD X : J20.9 Acute bronchitis, unspecified Tingkat Kemampuan 4A
Masalah Kesehatan
Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru). Radang dapat berupa hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain. Bronkitis akut dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: infeksi virus, infeksi bakteri, rokok dan asap rokok, paparan terhadap iritasi, bahan-bahan yang mengeluarkan polusi, penyakit gastrofaringeal refluk dan pekerja yang terekspos dengan debu atau asap. Bronkitis akut dapat dijumpai pada semua umur, namun paling sering didiagnosis pada anak-anak muda dari 5 tahun, sedangkan bronkitis kronis lebih umum pada orang tua dari 50 tahun.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
a. Batuk (berdahak maupun tidak berdahak) selama 2-3 minggu.
b. Dahak dapat berwarna jernih, putih, kekuning-kuningan atau kehijauan.
c. Demam (biasanya ringan)
d. Rasa berat dan tidak nyaman di dada.
e. Sesak nafas.
f. Sering ditemukan bunyi nafas mengi atau “ngik”, terutama
setelah batuk.
g. Bila iritasi saluran terjadi, maka dapat terjadi batuk darah. Faktor Risiko:-
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan paru dapat ditemukan:
Inspeksi : Pasien tampak kurus dengan barrel shape chest (diameter anteroposterior dada meningkat).
Palpasi : fremitus taktil dada normal
Perkusi : sonor, peranjakan hati mengecil, batas paru
hati lebih rendah
Auskultasi : suara nafas vesikuler atau bronkovesikuler,
dengan ekpirasi panjang, terdapat ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau pindah setelah batuk), wheezing dengan berbagai gradasi (perpanjangan ekspirasi hingga mengi) dan krepitasi.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan sputum dengan pengecatan Gram akan banyak didapat leukosit PMN dan mungkin pula bakteri.
b. Foto thoraks pada bronkitis kronis memperlihatkan tubular shadow berupa bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju apex paru dan corakan paru yang bertambah.
c. Tes fungsi paru dapat memperlihatkan obstruksi jalan napas yang reversibel dengan menggunakan bronkodilator.
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang.
Diagnosis Banding
a. Epiglotitis, yaitu suatu infeksi pada epiglotis, yang bisa menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan.
b. Bronkiolitis, yaitu suatu peradangan pada bronkiolus (saluran udara yang merupakan percabangan dari saluran udara utama), yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus.
c. Influenza, yaitu penyakit menular yang menyerang saluran napas, dan sering menjadi wabah yang diperoleh dari menghirup virus influenza.
d. Sinusitis, yaitu radang sinus paranasal yaitu rongga-rongga yang terletak disampig kanan - kiri dan diatas hidung.
e. PPOK, yaitu penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel parsial.
f. Faringitis, yaitu suatu peradangan pada tenggorokan (faring) yang disebabkan oleh virus atau bakteri.
g. Asma, yaitu suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas.
h. Bronkiektasis, yaitu suatu perusakan dan pelebaran (dilatasi) abnormal dari saluran pernafasan yang besar.
Komplikasi
a. Bronkopneumoni.
b. Pneumonia.
c. Pleuritis.
d. Penyakit-penyakit lain yang diperberat seperti:jantung.
e. Penyakit jantung rematik.
f. Hipertensi.
g. Bronkiektasis
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
a. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala-gejala tidak hanya pada fase akut, tapi juga pada fase kronik, serta dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari sesuai dengan pola kehidupannya.
b. Mengurangi laju perkembangan penyakit apabila dapat dideteksi lebih awal.
c. Oksigenasi pasien harus memadai.
d. Istirahat yang cukup.
e. Pemberian obat antitusif (penekan batuk): Kodein (obat Doveri) dapat diberikan 10 mg, diminum 3 x/hari, bekerja dengan menekan batuk pada pusat batuk di otak. Antitusif tidak
dianjurkan pada kehamilan, ibu menyusui dan anak usia 6 tahun ke bawah. Pada penderita bronkitis akut yang disertai sesak napas, pemberian antitusif perlu umpan balik dari penderita. Jika penderita merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan.
f. Pemberian ekspektoran (obat batuk pengencer dahak) yang lazim digunakan diantaranya: GG (Glyceryl Guaiacolate), bromheksin, ambroksol, dan lain-lain.
g. Antipiretik (pereda panas): parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya, digunakan jika penderita demam.
h. Bronkodilator (melonggarkan napas), diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak napas atau rasa berat bernapas, sehingga obat ini tidak hanya untuk obat asma, tetapi dapat juga untukbronkitis. Efek samping obat bronkodilator perlu diketahui pasien, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin.
i. Antibiotika hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh kuman berdasarkan pemeriksaan dokter. Antibiotik yang dapat diberikan antara lain: ampisilin, eritromisin, atau spiramisin, 3 x 500 mg/hari.
j. Terapi lanjutan: jika terapi antiinflamasi sudah dimulai, lanjutkan terapi hingga gejala menghilang paling sedikit 1 minggu. Bronkodilator juga dapat diberikan jika diperlukan.
Rencana Tindak Lanjut
Pasien kontrol kembali setelah obat habis, dengan tujuan untuk:
a. Mengevaluasi modifikasi gaya hidup.
b. Mengevaluasi terapi yang diberikan, ada atau tidak efek samping dari terapi.
Konseling dan Edukasi
Memberikan saran agar keluarga dapat:
a. Mendukung perbaikan kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari sesuai dengan pola kehidupannya.
b. Memotivasi pasien untuk menghindari merokok, menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup, mengontrol suhu dan
kelembaban lingkungan, nutrisi yang baik, dan cairan yang adekuat.
c. Mengidentifikasigejala efek samping obat, seperti bronkodilator dapat menimbulkan berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin.
Kriteria Rujukan
Pada pasien dengan keadaan umum buruk, perlu dirujuk ke rumah sakit yang memadai untuk monitor secara intensif dan konsultasi ke spesialis terkait.
Peralatan Oksigen
Prognosis
Prognosis umumnya dubia ad bonam.
Referensi
a. Carolin. Elizabeth, J.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. 2002.
b. Danusantoso. Halim.Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: EGC.1998.
c. Harrison: Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13.Volume ketiga. Jakarta.2003.
d. Nastiti, N. Rahajoe.Supriyanto, B. Bronkitis Akut dalam Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama, cetakan kedua. 2010. Hal: 337.
e. Snell. Richard S. Anatomi Klinis Edisi 6. Jakarta: EGC. 2006.
f. Soeparman. Waspadji, S.Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: Penerbit FKUI. 1998.