Asma Bronkial (Asma Stabil)
No. ICPC-2 : R96 Asthma
No. ICD-10 : J45 Asthma
Tingkat Kemampuan 4A
a. Asma Pada Dewasa Masalah Kesehatan
Asma adalah penyakit heterogen, selalu dikarakteristikkan dengan inflamasi kronis di saluran napas. Terdapat riwayat gejala respirasi seperti mengi, sesak, rasa berat di dada dan batuk yang intensitasnya berberda-beda berdasarkan variasi keterbatasan aliran udara ekspirasi
Hasil Anamnesis (Subjective)
Gejala khas untuk Asma, jika ada maka meningkatkan kemungkinan pasien memiliki Asma, yaitu :
-
Terdapat lebih dari satu gejala (mengi, sesak, dada terasa berat) khususnya pada dewasa muda
-
Gejala sering memburuk di malam hari atau pagi dini hari
-
Gejala bervariasi waktu dan intensitasnya
-
Gejala dipicu oleh infeksi virus, latihan, pajanan allergen, perubahan cuaca, tertawa atau iritan seperti asap kendaraan, rokok atau bau yang sangat tajam
Tabel 10.2 Faktor risiko asma bronkial
Faktor Pejamu Prediposisi genetik Atopi
Hiperesponsif jalan napas Jenis kelamin
Ras/etnik
Faktor lingkungan mempengaruhi berkembangnya asma pada individu dengan predisposisi asma
Alergen di dalam ruangan (mite domestic, biantang, kecoa, jamur) Alergen di luar ruangan (tepung sari bunga, jamur)
Bahan di lingkungan kerja (Asap rokok pada perokok aktif dan pasif)
Polusi udara(dalam dan luar ruangan) Infeksi pernapasan (Hipotesis higiene) Infeksi parasit
Status sosioekonomi Besar keluarga
Diet dan obat Obesitas
Faktor lingkungan mencetuskan eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala- gejala asma menetap
Alergen di dalam dan di luar ruangan Polusi udara di dalam dan di luar ruangan
Infeksi pernapasan Exercise dan hiperventilasi Perubahan cuaca
Sulfur dioksida
Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan Ekspresi emosi yang berlebihan
Asap rokok
Iritan (a.l. parfum, bau-bauan merangsang, household spray)
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien asma biasanya normal. Abnormalitas yang paling sering ditemukan adalah mengi ekspirasi saat pemeriksaan auskultasi, tetapi ini bisa saja hanya terdengar saat ekspirasi paksa. Mengi dapat juga tidak terddengan selama eksaserbasi asma yang berat karena penurunan aliran napas yang dikenal dengan “silent chest”.
Pemeriksaan Penunjang
-
Arus Puncak Ekspirasi (APE) menggunakan Peak Flowmeter
-
Pemeriksaan darah (eosinofil dalam darah) Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, yaitu terdapat kenaikan ≥15
% rasio APE sebelum dan sesudah pemberian inhalasi salbutamol.
Klasifikasi
Tabel 10.3 Klasifikasi asma bronkial
Gejala
Derajat Asma Gejala
Malam
Faal Paru
Derajat Asma Gejala | Gejala Malam | Faal Paru | |
I. Intermiten | Bulanan | APE ≥ 80% | |
Gejala< 1x/minggu Tanpa gejala diluar serangan Serangan singkat | ≤ 2 kali sebulan | VEP1≥ 80% nilai prediksi APE ≥ 80% nilai terbaik Variabiliti APE< 20% | |
II. Persisten | Mingguan | APE > 80% |
ringan
Gejala> 1
x/minggu, tetapi< 1 x/hari Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur
>2 kali sebulan
VEP1≥ 80% nilai
prediksi
APE ≥ 80% nilai
terbaik
Variabiliti APE 20%
- 30%
III. Persisten Harian APE 60 – 80%
sedang | Gejala setiap | >1 | VEP160 – 80% |
hari | x/seminggu | nilaiprediksi | |
Serangan | APE 60 – 80% nilai | ||
mengganggu | terbaik | ||
aktivitas dan | |||
tidur | |||
Membutuhkan | Variabiliti APE > | ||
bronkodilator | 30% | ||
setiap hari | |||
IV. | Kontinyu | APE ≤ 60% | |
Persisten berat | Gejala terus menerus | Sering | VEP1≤ 60% nilai prediksi |
Sering kambuh | APE ≤ 60% nilai | ||
terbaik | |||
Aktivitas fisik | Variabiliti APE > | ||
terbatas | 30% |
Catatan: bila spirometri tersedia digunakan penilaian VEP1
Penilaian Derajat Kontrol Asma
Tabel 10.4 Penilaian derajat kontrol asma Penilaian klinis (4 minggu terakhir)
Karakteristik Terkontrol (tidak ada gejala)
Terkontrol sebagian (terdapat salah satu gejala)
Tidak terkontrol
Gejala harian Tidak ada
(≤ 2/minggu )
> 2 /minggu Tiga atau
lebih
Keterbatasan aktivitas Gejala
malam/terbangun
Tidak ada Ada
Tidak ada Ada
gambaran asma terkontrol sebagian *,**
Butuh pelega/ pemakaian inhaler
Tidak ada
(≤ 2 /minggu)
> 2 /minggu
Fungsi paru
(APE atau KVP1 )***
Normal< 80 % prediksi atau nilai yang terbaik
B. Penilaian risiko di masa akan datang (risiko eksaserbasi, ketidakseimbangan, penurunan fungsi paru, efek samping) Gambaran yang dihubungkan dengan peningkatan risiko yang lebih parah di masa depan termasuk :
Kontrol klinis yang buruk, jumlah eksaserbasi pertahun, riwayat perawatan karena asma, pajanan asap rokok, penggunaan obat dosis tinggi)
* Semua eksaserbasi terjadi dalam pengobatan yang adekuat
** Berdasarkan definisi, eksaserbasi di minggu apapun membuat asma tidak terkontrol
*** Tanpa pemberian bronkodilator
Fungsi paru tidak untuk anak 5 tahun atau lebih muda Diagnosis Banding
Disfungsi pita suara, Hiperventilasi, Bronkiektasis, Kistik fibrosis, Gagal jantung, Defisiensi benda asing
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Penatalaksanaan
-
Pasien disarankan untuk mengidentifikasi serta mengendalikan faktor pencetusnya.
-
Perlu dilakukan perencanaan dan pemberian pengobatan jangka panjang serta menetapkan pengobatan pada serangan akut sesuai tabel di bawah ini.
Tabel 10.5 Penatalaksanaan asma berdasarkan beratnya keluhan Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari
Berat Asma | Medikasi pengontrol harian | Alternatif / Pilihan lain | Alternatif lain |
Asma | Tidak perlu | ---- | ---- |
Intermiten | |||
Asma | Glukokortikost | • Teofilin lepas lambat | |
Persisten | eroid inhalasi | • Leukotriene modifiers | |
Ringan | (200-400 µg | ---- | |
BB/hari atau | |||
ekuivalennya) | |||
Asma | Kombinasi | • Glukokortikosteroid | • Ditamba |
Persisten | inhalasi | inhalasi (400-800 µg | h agonis |
Sedang | glukokortikost | BB atau | beta-2 |
eroid (400- | ekuivalennya) | kerja | |
800 µg | ditambah Teofilin | lama | |
BB/hari atau | lepas lambat, atau | oral, | |
ekuivalennya) | • Glukokortikosteroid | atau | |
dan agonis | inhalasi (400-800 µg | • Ditamba | |
beta-2 kerja | BB/hari atau | h teofilin | |
lama | ekuivalennya) | lepas | |
ditambah agonis beta- | lambat | ||
2 kerja lama oral, | |||
atau |
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari
Berat Asma
Asma Persisten Berat
Medikasi pengontrol harian
Kombinasi inhalasi glukokortikost eroid (> 800 µg BB atau ekuivalennya) dan agonis beta-2 kerja lama.
Diambah ≥ 1
di bawah ini :
a) Teofilin lepas lambat
b) Leukotri__ene modifiers
c) Glukokortik osteroid oral
Alternatif / Pilihan lain
• Glukokortikosteroid inhalasi dosis tinggi (>800 µg BB atau ekuivalennya) atau
• Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 µg BB atau ekuivalennya) ditambah leukotriene modifiers
Prednisolon/ metilprednisolon oral selang sehari 10 mg ditambah agonis beta-2 kerja lama oral, ditambah teofilin lepas lambat
Alternatif lain
Semua tahapan : Bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan, kemudian turunkan bertahap sampai mencapai terapi seminimal mungkin dengan kondisi
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari
Berat Asma
Medikasi pengontrol harian
Alternatif**/**Pilihan lain
Alternatif lain
asma tetap terkontrol
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan (bila diperlukan)
-
Foto toraks
-
Uji sensitifitas kulit
-
Spirometri
-
Uji provokasi bronkus Komplikasi
Pneumotoraks, Pneumomediastinum, Gagal napas, Asma resisten terhadap steroid.
Konseling dan Edukasi
-
Memberikan informasi kepada individu dan keluarga mengenai seluk beluk penyakit, sifat penyakit, perubahan penyakit (apakah membaik atau memburuk), jenis dan mekanisme kerja obat-obatan dan mengetahui kapan harus meminta pertolongan dokter.
-
Kontrol secara teratur antara lain untuk menilai dan monitor berat asma secara berkala (asthma control test/ ACT)
-
Pola hidup sehat.
-
Menjelaskan pentingnya melakukan pencegahan dengan:
a) Menghindari setiap pencetus.
b) Menggunakan bronkodilator/ steroid inhalasi sebelum melakukan exercise untuk mencegah exercise induced asthma.
Kriteria rujukan
-
Bila sering terjadi eksaserbasi.
-
Pada serangan asma akut sedang dan berat.
-
Asma dengan komplikasi.
Persiapan dalam melakukan rujukan bagi pasien asma, yaitu:
-
Terdapat oksigen.
-
Pemberian steroid sistemik injeksi atau inhalasi disamping pemberian bronkodilator kerja cepat inhalasi.
-
Pasien harus didampingi oleh dokter/tenaga kesehatan terlatih selama perjalanan menuju ke pelayanan sekunder.
Peralatan
-
Asthma control test
-
Tabung oksigen
-
Kanul hidung
-
Masker sederhana
-
Nebulizer
-
Masker inhalasi
-
Peak flow meter
-
Spirometri
Prognosis
-
Ad sanasionam : bonam
-
Ad fungsionam : bonam
-
Ad vitam : bonam
Referensi
-
Global strategy for asthma management and prevention. GINA. 2014.(Global Initiatives for Asthma, 2011)
-
Global strategy for asthma management and prevention. GINA. 2006.(Global Initiatives for Asthma, 2006)
-
Perhimpunan dokter paru Indonesia.Asma. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta. 2004.(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2004)
b. Asma Pada Anak Masalah Kesehatan
Asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secara episodik, cenderung pada malam/dini hari (nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan/atau keluarganya. Inflamasi ini juga berhubungan dengan
hiperreaktivitas jalan napas terhadap berbagai rangsangan. Prevalens total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada anak).
Hasil Anamnesis (Subjective)
Anamnesis harus dilakukan dengan cermat agar didapatkan riwayat penyakit yang akurat mengenai gejala sulit bernapas, mengi atau dada terasa berat yang bersifat episodik dan berkaitan dengan musim serta terdapat riwayat asma atau penyakit atopi pada anggota keluarga. Walaupun informasi akurat mengenai hal-hal tersebut tidak mudah didapat, beberapa pertanyaan berikut ini sangat berguna dalam pertimbangan diagnosis asma :
-
Apakah anak mengalami serangan mengi atau serangan mengi berulang?
-
Apakah anak sering terganggu oleh batuk pada malam hari?
-
Apakah anak mengalami mengi atau batuk setelah berolahraga?
-
Apakah anak mengalami gejala mengi, dada terasa berat, atau batuk setelah terpajan alergen atau polutan?
-
Apakah jika mengalami pilek, anak membutuhkan >10 hari untuk sembuh?
-
Apakah gejala klinis membaik setelah pemberian pengobatan anti-asma?
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, umumnya tidak ditemukan kelainan saat pasien tidak mengalami serangan. Pada sebagian kecil pasien yang derajat asmanya lebih berat, dapat dijumpai mengi di luar serangan. Dengan adanya kesulitan ini, diagnosis asma pada bayi dan anak kecil (di bawah usia 5 tahun) hanya merupakan diagnosis klinis (penilaian hanya berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik dan respons terhadap pengobatan). Pada kelompok usia ini, tes fungsi paru atau pemeriksaan untuk mengetahui adanya hiperresponsivitas saluran napas tidak mungkin dilakukan dalam praktek sehari-hari. Kemungkinan asma perlu dipikirkan pada anak yang hanya menunjukkan
batuk sebagai satu-satunya gejala dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan mengi, sesak, dan lain-lain. Pada anak yang tampak sehat dengan batuk malam hari yang rekuren, asma harus dipertimbangkan sebagai probable diagnosis. Beberapa anak menunjukkan gejala setelah berolahraga.
Pemeriksaan Penunjang
Arus puncak ekspirasi (APE) dengan peak flow meter. Metode yang dianggap merupakan cara mengukur nilai diurnal APE terbaik adalah pengukuran selama paling sedikit 1 minggu dan hasilnya dinyatakan sebagai persen nilai terbaik dari selisih nilai APE pagi hari terendah dengan nilai APE malam hari tertinggi. Jika didapatkan variabilitas APE diurnal > 20% (petanda adanya perburukan asma) maka diagnosis asma perlu dipertimbangkan.
Penegakan Diagnosis (Assessment) Asma Stabil
Jika gejala dan tanda klinis jelas serta respons terhadap pemberian obat asma baik, pemeriksaan lebih lanjut tidak perlu dilakukan. Jika respons terhadap obat asma tidak baik, sebelum mengganti obat dengan yang lebih poten, harus dinilai lebih dulu apakah dosis sudah adekuat, cara dan waktu pemberian sudah benar, serta ketaatan pasien baik. Bila semua aspek tersebut sudah dilakukan dengan baik dan benar, diagnosis bukan asma perlu dipikirkan.
Klasifikasi asma pada anak menurut PNAA 2004
Parameter klinis, kebutuhan obat dan faal paru | Asma episodik jarang (Asma ringan) | Asma episodik sering (Asma sedang) | Asma persisten (Asma berat) |
Frekuensi serangan | < 1 x/bulan | >1 x/bulan | Sering |
Lama serangan | < 1 minggu | ≥ 1 minggu | Hampir sepanjang tahun tidak ada remisi |
Diantara serangan | Tanpa gejala | Sering ada gejala | Gejala siang dan malam |
Tidur dan aktivitas | Tidak terganggu | Sering terganggu | Sangat terganggu |
Pemeriksaan fisik di luar serangan | Normal (tidak ada kelainan) | Mungkin terganggu (ada kelainan) | Tidak pernah normal |
Obat pengendali (anti inflamasi) | Tidak perlu | Nonsteroid/steroid hirupan dosis rendah | Steroid hirupan/oral |
Uji faal paru (di luar serangan)* | PEF/VEP1 > 80 % | PEF/VEP1 60-80% | PEF/VEP1< 60 % Variabilitas 20-30 % |
Variabilitas faal paru (bila ada serangan)* | Variabilitas > 15 % | Variabilitas > 30 % | Variabilitas > 50 % |
*jika fasilitas tersedia
Asma Eksaserbasi
Eksaserbasi (serangan) asma adalah episode perburukan gejala- gejala asma secara progresif. Gejala yang dimaksud adalah sesak napas, batuk, mengi, dada rasa tertekan, atau berbagai kombinasi gejala tersebut. Pada umumnya, eksaserbasi disertai distres pernapasan. Serangan asma ditandai oleh penurunan PEF atau FEV1. Pengukuran ini merupakan indikator yang lebih dapat dipercaya daripada penilaian berdasarkan gejala. Sebaliknya, derajat gejala lebih sensitif untuk menunjukkan
awal terjadinya ekaserbasi karena memberatnya gejala biasanya mendahului perburukan PEF. Derajat serangan asma bervariasi mulai dari yang ringan sampai yang mengancam jiwa, perburukan dapat terjadi dalam beberapa menit, jam, atau hari. Serangan akut biasanya timbul akibat pajanan terhadap faktor pencetus (paling sering infeksi virus atau allergen atau kombinasi keduanya), sedangkan serangan berupa perburukan yang bertahap mencerminkan kegagalan pengelolaan jangka panjang penyakit.
Parameter | Ringan | Sedang | Berat | |
klinis, fungsi paru, laboratoriu m | Tanpa ancaman henti napas | Ancaman henti napas | ||
Sesak | Berjalan | Berbicara | Istirahat | |
(breathless) | Bayi: | Bayi : | Bayi: tidak mau | |
menangis | tangis pendek | minum/makan | ||
keras | dan lemah | |||
kesulitan | ||||
menyusu/mak | ||||
an | ||||
Posisi | Bisa | Lebih suka | Duduk | |
berbaring | duduk | bertopang | ||
lengan | ||||
Bicara | Kalimat | Penggal kalimat | Kata-kata | |
Kesadaran | Mungkin | Biasanya | Biasanya | Kebingun |
iritable | iritable | irritable | gan | |
Sianosis | Tidak ada | Tidak ada | Ada | Nyata |
Mengi | Sedang. | Nyaring, | Sangat nyaring, | Sulit/ |
Sering | sepanjang | terdengar tanpa | tidak | |
hanya | ekspirasi ± | stetoskop | terdengar | |
pada | inspirasi | sepanjang | ||
akhir | ekspirasi dan | |||
ekspirasi | inspirasi | |||
Penggunaan | Biasanya | Biasanya ya | Ya | Gerakan |
Parameter | Ringan | Sedang | Berat | |
klinis, fungsi paru, laboratoriu m | Tanpa ancaman henti napas | Ancaman henti napas | ||
otot bantu | tidak | paradox | ||
respiratorik | torako- | |||
abdomina | ||||
l | ||||
Retraksi | Dangkal, | Sedang, | Dalam, | Dangkal/ |
retraksi | ditambah | diatambah | hilang | |
interkosta | retraksi | napas cuping | ||
l | suprasternal | hidung | ||
Frekuensi | Takipnea | Takipnea | Takipnea | Bradipne |
napas | a |
Frekuensi nadi
Pedoman nilai baku laju napas pada anak sadar: Usia Frekuensi napas normal
< 2 bulan < 60 / menit
2-12 bulan < 50 / menit
1-5 tahun < 40 / menit
6-8 tahun < 30 / menit
Normal takikardi Takikardi Bradikardi
Pedoman nilai baku frekuensi nadi pada anak:
Usia 2-12 bulan 1-2 tahun 3-8 tahun | Laju nadi normal < 160 / mnt < 120 / mnt < 110 / mnt | ||
Pulsus | Tidak ada Ada | Ada | Tidak |
paradoksus (pemeriksaan ya tidak praktis) | < 10 10-20 mmHg mmHg | > 20 mmHG | ada, tanda kelelahan otot napas |
VEP atau KVP1 (% nilai prediksi/ % nilai terbaik) Pra > 60% 40-60%< 40%
Parameter | Ringan | Sedang | Berat | |
klinis, fungsi paru, laboratoriu m | Tanpa ancaman henti napas | Ancaman henti napas | ||
bronkodilator | ||||
Pasca | > 80% | 60-80% | < 60% | |
bronkodilator | Respons< 2 | |||
jam | ||||
SaO2 % | > 95 % | 91-95% | ≤ 90% | |
PaO2 | Normal | > 60 mmHg | < 60 mmHg | |
(biasanya | ||||
tidak | ||||
perlu | ||||
diperiksa) | ||||
PaCO2 | < 45 | < 45 mmHg | > 45 mmHg | |
mmHg |
# pada matrik klinis, setiap pasien asma harus dicantumkan diagnosis asma secara lengkap berdasarkan kekerapan serangan maupun drajat berat serangan misalnya asma episodik jarang serangan Ryan, asma episodik sering di luar serangan.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Asma Stabil
Obat asma dapat dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu obat pereda (reliever) dan obat pengendali (controller). Obat pereda terkadang juga disebut sebagai obat pelega atau obat serangan. Obat kelompok ini digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma yang sedang timbul. Jika serangan sudah teratasi dan gejala sudah menghilang, obat ini tidak digunakan lagi. Kelompok kedua adalah obat pengendali yang sering disebut sebagai obat pencegah atau profilaksis. Obat ini digunakan untuk mengatasi masalah dasar asma, yaitu inflamasi kronik saluran napas. Dengan demikian, obat ini dipakai terus menerus dalam jangka waktu yang relatif lama, bergantung pada derajat penyakit asma dan responsnya terhadap pengobatan.
P E N G H I N D A R A N
Obat pereda : β-agonis atau teofilin (hirupan atau oral) bila perlu
Asma episodik jarang
>
Respons 4-6 minggu
3x dosis/ mengi ≤ 3x dosis/ mengi
(-) (+)
Pertimbangkan alternatif penambahan salah satu obat :
· β-agonis kerja panjang (LABA)
· Teofilin lepas lambat
· Antileukotrien
Atau dosis steroid hirupan ditingkatkan (tinggi)
Respon 6-8 minggu
Asma episodik sering
Respon 6-8 minggu
(-)
(+)
Steroid dosis medium ditambahkan salah satu obat :
· β-agonis kerja panjang (LABA)
· Teofilin lepas lambat
· Antileukotrien
Atau dosis steroid hirupan ditingkatkan (tinggi)
Asma persisten
Respon 6-8 minggu
(-)
(+)
Tatalaksana Asma Stabil Asma Eksaserbasi
Global initiative for asthma (GINA) membagi tatalaksana serangan asma menjadi dua yaitu tatalaksana di rumah dan di rumah sakit. Tatalaksana di rumah dilakukan oleh pasien (atau orang tuanya) sendiri di rumah. Hal ini dapat dilakukan oleh pasien yang sebelumnya telah menjalani terapi dengan teratur dan mempunyai pendidikan yang cukup. Pada panduan pengobatan di rumah, disebutkan bahwa terapi awal adalah inhalasi B2agonis kerja cepat sebanyak 2 kali dengan selang waktu 20 menit. Bila belum ada perbaikan, segera mencari pertolongan ke dokter atau sarana kesehatan.
Tatalaksana Asma Eksaserbasi Tatalaksana Asma Eksaserbasi
-
Asma episodik jarang cukup diobati dengan obat pereda berupa bronkodilator -agonis hirupan kerja pendek (Short Acting B2-Agonist, SABA) atau golongan xantin kerja cepat hanya apabila perlu saja, yaitu jika ada gejala/serangan. Pada alur tatalaksana jangka panjang (Gambar 3.6.1),
terlihat bahwa jika tatalaksana asma episodik jarang sudah adekuat, tetapi responsnya tetap tidak baik dalam 4-6 minggu, tatalaksananya berpindah ke asma episodik sering.
- Asma episodik sering
Penggunaan B2-agonis hirupan lebih dari 3x per minggu (tanpa menghitung penggunaan pra-aktivitas fisik), atau serangan sedang/berat terjadi lebih dari sekali dalam sebulan, merupakan indikasi penggunaan anti-inflamasi sebagai pengendali. Obat steroid hirupan yang sering digunakan pada anak adalah budesonid, sehingga digunakan sebagai standar. Dosis rendah steroid hirupan adalah 100-200 g/hari budesonid (50-100 g/hari flutikason) untuk anak berusia kurang dari 12 tahun, dan 200-400 g/hari budesonid (100-200 g/hari flutikason) untuk anak berusia di atas 12 tahun. Pada penggunaan beklometason atau budesonid dengan dosis 100-200 g/hari atau setara dengan flutikason 50-100 g, belum pernah dilaporkan adanya efek samping jangka panjang. Jika setelah pengobatan selama 8-12 minggu dengan steroid dosis rendah tidak timbul respons (masih terdapat gejala asma atau gangguan tidur atau aktivitas sehari-hari), pengobatan dilanjutkan dengan tahap kedua, yaitu menaikkan dosis steroid hirupan sampai dengan 400 g/hari yang termasuk dalam tatalaksana asma persisten. Jika tatalaksana suatu derajat penyakit asma sudah adekuat, tetapi responsnya tetap tidak baik dalam 8-12 minggu, derajat tatalaksananya berpindah ke yang lebih berat (step up). Sebaliknya, jika asma terkendali dalam 8-
12 minggu, derajatnya beralih ke yang lebih ringan (step down). Jika memungkinkan, steroid hirupan dihentikan penggunaannya.
Sebelum melakukan step-up, harus dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan penghindaran pencetus, penggunaan obat, serta faktor komorbid yang mempersulit pengendalian asma seperti rinitis dan sinusitis.
-
Asma persisten
Bergantung pada kasusnya, steroid hirupan dapat diberikan mulai dari dosis tinggi lalu diturunkan sampai dosis rendah selama gejala masih terkendali, atau sebaliknya, mulai dari dosis rendah sampai dosis tinggi hingga gejala dapat dikendalikan. Pada keadaan tertentu, khususnya pada anak dengan penyakit berat, dianjurkan untuk menggunakan dosis tinggi dahulu, disertai steroid oral jangka pendek (3-5 hari).
Kriteria Rujukan
-
Asma eksaserbasi sedang-berat
-
Asma tidak terkontrol
-
Asma mengancam jiwa
-
Asma Persisten
Pencegahan
Pengendalian lingkungan, pemberian ASI eksklusif minimal 6 bulan, penghindaran makanan berpotensi alergenik, pengurangan pajanan terhadap tungau debu rumah dan rontokan bulu binatang, telah terbukti mengurangi timbulnya alergi makanan dan khususnya dermatitis atopik pada bayi.
Komplikasi
-
Pneumotoraks
-
Pneumomediastinum dan emfisema subkutis
-
Atelektasis
-
Gagal napas
-
Bronkitis
-
Fraktur iga Peralatan
-
Alat tiup APE
-
Pemeriksaan darah rutin
-
Radiologi (jika fasilitas tersedia)
-
Oksigen Prognosis
Prognosis tergantung pada beratnya penyakit dan ketepatan penanganan.
Referensi
-
Konsensus Nasional Asma Anak. Unit Koordinasi Kerja Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2001.
-
Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku ajar respirologi anak. Edisi pertama. Indonesia IDAI. 2010.
-
Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention. National Institute of Health. www.ginasthma.com/download.asp?intId=214 . 2006