Malnutrisi Energi Protein (MEP)
No. ICPC II : T91 Vitamin/nutritional deficiency
No. ICD-10 Version 2010 : a. E40 Kwashiorkor
b. E 41 Nutritional marasmus
c. E 42 Marasmic Kwashiorkor
d. E 44 protein energy malnutrition of moderate and mild degree
e. E 44 1 Mild protein calorie malnutrition
f. E 44 0 Moderate protein calorie malnutrition
Tingkat Kemampuan 4A
Masalah Kesehatan
MEP adalah penyakit akibat kekurangan energi dan protein, umumnya disertai defisiensi vitamin dan mineral.
Klasifikasi dari MEP adalah:
a. Gizi Kurang
b. Gizi Buruk, terdiri atas kwashiorkor, marasmus, dan marasmik- kwashiorkor
Hasil Anamnesis (Subjective)
a. Anak tampak kurus atau sangat kurus dibandingkan anak lain sesuai usia dan jenis kelaminnya.
b. Bisa didapatkan keluhan edema yang bersifat pitting.
c. Pada dokumen pemantauan pertumbuhan anak tertera berat badan menurut panjang atau tinggi badan< -2 SD kurva WHO Tahun 2006 menurut usia dan jenis kelamin.
Faktor risiko
berat badan lahir rendah, infeksi HIV/AIDS, infeksi tuberkulosis, pola asuh termasuk praktek pemberian makan yang salah.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Lakukan konfirmasi status gizi dan pola pertumbuhan dengan mengukur dan menganalisis indeks antropometri BB/U, PB/U atau TB/U, BB/TB, dan IMT/U.
Klasifikasikan menurut kriteria WHO:
a. Gizi kurang
-
BB/PB diantara -2 hingga -3 SD menurut kurva WHO Tahun 2006 menurut usia dan jenis kelamin
-
LILA >11,5 - 12,5 cm untuk balita 6-59 bulan
b. Gizi buruk usia< 6 bulan
-
BB/PB<-3 SD menurut kurva WHO Tahun 2006 menurut usia dan jenis kelamin
-
Edema yang bersifat pitting
c. Gizi buruk usia 6-59 bulan
-
BB/PB<-3 SD menurut kurva WHO Tahun 2006 menurut usia dan jenis kelamin
-
LILA< 11,5 cm
-
Edema yang bersifat pitting
Pemeriksaan fisik juga menunjukkan adanya tanda dan gejala MEP seperti kehilangan massa otot dan lemak subkutan (Old man’s face, iga gambang, atrofi otot), tanda-tanda defisiensi vitamin dan mineral, dan edema pitting yang simetris (+ sampai +++).
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium rutin: gula darah, pemeriksaan darah tepi, urinalisis, dan feces.
b. Pemeriksaan laboratorium lain dibutuhkan apabila dipertimbangkan adanya resiko refeeding syndrom perlu
c. Skor TB dan Uji tuberkulin (jika tersedia)
Penegakan Diagnosis (Assessment) Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
b. Diagnosis ditegakkan berdasarkan klasifikasi WHO untuk gizi buruk dan gizi kurang
c. Tampilan klinis sesuai gizi buruk atau gizi kurang Diagnosis Banding: -
Komplikasi
Komplikasi medis gizi buruk, apabila disertai satu atau lebih tanda- tanda berikut:
a. Anoreksia
b. Dehidrasi berat (muntah terus menerus, diare)
c. Letargi atau penurunan kesadaran
d. Demam tinggi
e. Pneumonia berat (sulit bernafas atau bernafas cepat)
f. Anemia berat
Penatalaksanaan komprehensif (Plan)
Tata laksana pasien di rawat inap dan rawat jalan sesuai dengan Bagan dan Petunjuk Teknis Tata Laksana Anak Gizi Buruk tahun 2013 (buku I dan II) dan Pedoman Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita tahun 2019.
a. Melakukan 10 langkah tata laksana anak gizi buruk yang dibedakan menurut fase yaitu fase stabilisasi, transisi, rehabilitasi, dan tindak lanjut (gambar 1).
b. Kriteria rujukan:
-
Semua kasus gizi buruk pada bayi usia< 6 bulan dan balita ≥ 6 bulan dengan Berat Badan< 4 kg dirujuk ke FKRTL ditujukan kepada Dokter Spesialis Anak sesuai Pedoman Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita (Gambar 2).
-
Kasus gizi buruk dengan komplikasi medis (memerlukan rawat inap).
-
Semua kasus gizi kurang dengan red flags dirujuk.
Konseling dan Edukasi
a. Konseling dilakukan dengan menyampaikan informasi kepada orang tua/pengasuh tentang kondisi MEP dan/atau alasan rujukan (jika dirujuk).
b. Edukasi dilakukan dengan memberi anjuran cara pemberian makan sesuai usia dan kondisi anak, cara menyiapkan formula, petunjuk memilih jenis bahan makanan, dan pelaksanaan aturan makan (feeding rules).
Gambar 12.4 Tata laksana 10 langkah tindakan pelayanan pada anak gizi buruk.
Gambar 12.5 Alur penapisan balita gizi buruk/kurang dan jenis pelayanan yang dibutuhkan
Gambar 12.6 Alur Penanganan Kasus di Puskesmas
Tabel 12.8 Penyakit dan kondisi yang termasuk red flag:
Kondisi yang termasuk red flag berdasarkan etiologi penyebab
- Asupan kalori tidak adekuat:
· Prematuritas atau BBLR
· Manajemen laktasi yang tidak baik (perlekatan yang buruk, volume ASI kurang)
· Cara dan takaran pembuatan formula yang tidak benar
· Koordinasi oromotor yang tidak adekuat
· Sumbing bibir/langitan
· Praktik pemberian makan yang tidak benar
· Gastroesofageal refluks
· Pengetahuan dan parenting skill yang tidak adekuat
· Kemiskinan
· Penelantaran atau penyiksaan anak (neglect dan abuse)
- Absorpsi zat gizi tidak adekuat/malabsorpsi
· Anemia, defisiensi zat besi
· Alergi susu sapi
· Atresia bilier
· Kolestasis
· Infeksi kronik saluran cerna
· Kelainan metabolisme bawaan (inborn errors of metabolism)
- Peningkatan kebutuhan kalori
· Penyakit jantung bawaan
· Infeksi kronik (missal: tuberculosis, HIV)
· Penyakit paru kronik
· Keganasan
· Gagal ginjal
· Kondisi inflamasi kronik dan atau berulang (contoh: inflammatory bowel disease, asma)
Prognosis
Quo ad vitam Bonam, Quo ad functionam Bonam, Quo ad sanactionam Bonam
Referensi
a. Bagan dan Petunjuk Teknis Tata Laksana Anak Gizi Buruk (Buku I dan II), Kemenkes RI, 2013.
b. Pedoman Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita, Kemenkes RI, 2019.
c. Buku Saku Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita di Layanan Rawat Jalan bagi Tenaga Kesehatan,
Kemenkes RI, 2020
d. Petunjuk Teknis Penggunaan Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus Bagi Anak Bermasalah Gizi (pemakaian terbatas dalam tahap uji coba)
e. Bagan dan Petunjuk Teknis Tata Laksana Anak Gizi Buruk (Buku I)
f. World Health Organization, Updates on the management of severe acute malnutrition in infants and children. Geneva. WHO. 2013.
g. Homan GI. Failure to Thrive: A Practical Guide. Am Fam Physician. 2016:94;295-300.