HORDEOLUM
No. ICPC-2 : F72 Blepharitis/stye/chalazion
No. ICD-10 : H00.0 Hordeolum and other deep inflammation of eyelid
Tingkat Kemampuan 4A
Masalah Kesehatan
Hordeolum adalah peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Biasanya merupakan infeksi Staphylococcus pada kelenjar sebasea
kelopak. Dikenal dua bentuk hordeolum internum dan eksternum. Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Hordeolum mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis menahun.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pasien datang dengan keluhan kelopak yang bengkak disertai rasa sakit. Gejala utama hordeolum adalah kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan, serta perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik Oftalmologis
Ditemukan kelopak mata bengkak, merah, dan nyeri pada perabaan. Nanah dapat keluar dari pangkal rambut (hordeolum eksternum). Apabila sudah terjadi abses dapat timbul undulasi.
Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan
Penegakan Diagnostik (Assessment) Diagnosis Klinis
Penegakan diagnosis dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding
a. Selulitis preseptal
b. Kalazion
c. Granuloma piogenik Komplikasi
a. Selulitis palpebra
b. Abses palpebra
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
a. Mata dikompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit setiap kalinya untuk membantu drainase. Tindakan dilakukan dengan mata tertutup.
b. Kelopak mata dibersihkan dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan. Tindakan dilakukan dengan mata tertutup.
c. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang lebih serius.
d. Hindari pemakaian make-up pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi penyebab infeksi.
e. Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea.
f. Pemberian terapi topikal dengan Oxytetrasiklin salep mata atau kloramfenikol salep mata setiap 8 jam. Apabila menggunakan kloramfenikol tetes mata sebanyak 1 tetes tiap 2 jam.
g. Pemberian terapi oral sistemik dengan Eritromisin 500 mg pada dewasa dan anak sesuai dengan berat badan.
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan Tidak diperlukan
Konseling dan Edukasi
Penyakit hordeolum dapat berulang sehingga perlu diberi tahu pasien dan keluarga untuk menjaga higiene dan kebersihan lingkungan.
Rencana Tindak Lanjut
Bila dengan pengobatan konservatif tidak berespon dengan baik, maka prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum.
Kriteria rujukan
a. Bila tidak memberikan respon dengan pengobatan konservatif
b. Hordeolum berulang Peralatan
Peralatan bedah minor Prognosis
a. Ad vitam: Bonam
b. Ad functionam: Bonam
c. Ad sanationam: Bonam
Referensi
a. Gondhowiardjo, T.D. Simanjuntak, G. Panduan Manajemen Klinis Perdami, 1__th Ed. Jakarta: CV Ondo. 2006.
b. Riordan, Paul E. Whitcher, John P. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC. 2009.
c. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Cetakan V. Jakarta:Balai Penerbit FK UI. 2008.
d. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Cetakan I. Jakarta: Widya Medika. 2000.