Hifema
| | No. ICPC-2 | : F75 Contusion/haemorrhage eye | | | No. ICD-10 | : H21.0_Hyphaema_ |
Tingkat Kemampuan 3A Masalah Kesehatan
Hifema adalah terdapatnya akumulasi darah pada bilik mata depan. Hifema dapat terjadi akibat trauma atau terjadi spontan. Hifema dapat disertai dengan abrasi kornea, iritis, midriasis, atau gangguan struktur lain pada mata akibat trauma penyebabnya. Hifema spontan jarang ditemui. Hifema spontan dapat menjadi penanda terdapatnya rubeosis iridis, gangguan koagulasi, penyakit herpes, masalah pada lensa intraokular (IOL), retinoblastoma, serta leukemia.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
a. Nyeri pada mata
b. Penglihatan terganggu (bila darah menutupi aksis visual)
c. Fotofobia/silau Faktor Risiko
a. Hifema akibat trauma sering ditemui pada laki-laki usia muda
b. Hifema spontan disebabkan oleh neovaskularisasi iris (seperti pada pasien diabetes dan oklusi vena retina), koagulopati, dan pemakaian antikoagulan
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
a. Visus umumnya turun
b. Tampak darah di bilik mata depan. Darah dapat tertampung di bagian inferior bilik mata depan atau dapat memenuhi seluruh bilik mata depan (hifema penuh).
c. Perhatikan apakah ada trauma pada bagian mata yang lain Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan intraokular dengan Tonometer Schiotz
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
a. Anamnesis untuk mengidentifikasi gejala, riwayat trauma, serta kemungkinan adanya faktor risiko lain.
b. Pemeriksaan tajam penglihatan
c. Pemeriksaan mata dengan senter dan lup untuk melihat adanya darah di bilik mata, menilai lebar pupil, serta mengidentifikasi kelainan kornea atau struktur lain akibat trauma.
d. Pemeriksaan tekanan intraokular dengan tonometer Schiotz bila tidak terdapat defek pada kornea
Diagnosis banding Tidak ada Komplikasi
Prognosis umumnya baik pada hifema tanpa komplikasi. Komplikasi hifema antara lain:
a. Perdarahan ulang (rebleeding), umumnya terjadi antara 2-5 hari setelah trauma
b. Glaukoma sekunder
c. Atrofi saraf optik
d. Corneal blood staining
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
a. Pembatasan aktivitas fisik
b. Pelindung mata (protective shield)
c. Analgesik yang tidak mengandung NSAID (Non-Steroidal Anti__Inflammatory Drug)
d. Rujuk segera ke dokter spesialis mata di pelayanan kesehatan tingkat sekunder atau tersier
Konseling dan Edukasi
a. Memberitahukan ke pasien bahwa kemungkinan pasien perlu dirawat dan bed rest
b. Posisi tidur dengan elevasi kepala Kriteria Rujukan
Semua pasien yang didiagnosis dengan hifema perlu dirujuk ke dokter spesialis mata
Peralatan
a. Snellen chart
b. Lup
c. Senter
d. Tonometer Schiotz
Prognosis
a. Ad vitam: Bonam
b. Ad functionam: Bonam
c. Ad sanationam: Bonam
Referensi
a. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Ed 14. Cetakan I. Jakarta:
Widya Medika. 2000
b. Ehlers JP, Shah CP, editors. The Wills Eye Manual-office and emergency room diagnosis and treatment of eye disease. 5th edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2008.