PITIRIASIS VERSIKOLOR/ TINEA VERSIKOLOR
No. ICPC-2 : S76 S_kin infection other_
No. ICD-10 : B36.0 Pityriasis versicolor Tingkat Kemampuan 4A
Masalah Kesehatan
Tinea versikolor adalah penyakit infeksi pada superfisial kulit dan berlangsung kronis yang disebabkan oleh jamur Malassezia furfur. Prevalensi penyakit ini tinggi pada daerah tropis yang bersuhu hangat dan lembab.
Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan
Pasien pada umumnya datang berobat karena tampak bercak putih pada kulitnya. Keluhan gatal ringan muncul terutama saat berkeringat, namun sebagian besar pasien asimptomatik.
Faktor Risiko
a. Sering dijumpai pada dewasa muda (kelenjar sebasea lebih aktif bekerja).
b. Cuaca yang panas dan lembab.
c. Tubuh yang berkeringat.
d. Imunodefisiensi
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik Tanda patognomonis
Lesi berupa makula hipopigmentasi atau berwarna-warni, berskuama halus, berbentuk bulat atau tidak beraturan dengan batas tegas atau tidak tegas. Skuama biasanya tipis seperti sisik dan kadangkala hanya dapat tampak dengan menggores kulit (finger nail sign).
Predileksi di bagian atas dada, lengan, leher, perut, kaki, ketiak, lipat paha, muka dan kepala. Penyakit ini terutama ditemukan pada daerah yang tertutup pakaian dan bersifat lembab.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan lampu Wood menampakkan pendaran (fluoresensi) kuning keemasan pada lesi yang bersisik.
b. Pemeriksaan mikroskopis sediaan kerokan skuama lesi dengan KOH. Pemeriksaan ini akan tampak campuran hifa pendek dan spora-spora bulat yang dapat berkelompok (spaghetti and meatball appearance).
Gambar 11.13 Tinea versikolor
Penegakan Diagnosis (Assessment) Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis Banding
Vitiligo, Dermatitis seboroik, Pitiriasis alba, Morbus hansen, Eritrasma
Komplikasi Jarang terjadi.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Penatalaksanaan
a. Pasien disarankan untuk tidak menggunakan pakaian yang lembab dan tidak berbagi penggunaan barang pribadi dengan orang lain.
b. Pengobatan terhadap keluhannya dengan:
- Pengobatan topikal
a) Suspensi selenium sulfida 1,8%, dalam bentuk shampo yang digunakan 2-3 kali seminggu. Obat ini digosokkan pada lesi dan didiamkan selama 15-30 menit sebelum mandi.
b) Derivat azol topikal, antara lain mikonazol dan klotrimazol.
- Pengobatan sistemik diberikan apabila penyakit ini terdapat pada daerah yang luas atau jika penggunaan obat topikal tidak berhasil. Obat tersebut, yaitu:
a) Ketokonazol per oral dengan dosis 1x200 mg sehari selama 10 hari, atau
b) Itrakonazol per oral dengan dosis 1 x 200 mg sehari selama 5-7 hari (pada kasus kambuhan atau tidak responsif dengan terapi lainnya).
Konseling dan Edukasi
Edukasi pasien dan keluarga bahwa pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten, karena angka kekambuhan tinggi (± 50% pasien). Infeksi jamur dapat dibunuh dengan cepat tetapi membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mengembalikan pigmentasi ke normal. Untuk pencegahan, diusahakan agar pakaian tidak lembab dan tidak berbagi dengan orang lain untuk penggunaan barang pribadi.
Kriteria Rujukan
Sebagian besar kasus tidak memerlukan rujukan.
Peralatan
a. Lup
b. Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan KOH
Prognosis
Prognosis umumnya bonam.
Referensi
a. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
b. James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2000. Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. 10th Ed. Canada. Saunders Elsevier.
c. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.2011.Pedoman Pelayanan Medik. Jakarta.