Parafimosis
| --- | --- | --- | | | No. ICPC-2 | : Y81. Paraphimosis | | | No. ICD-10 | : N47.2 Paraphimosis |
Tingkat Kemampuan 4A Masalah Kesehatan
Parafimosis merupakan kegawatdaruratan karena dapat mengakibatkan terjadinya ganggren yang diakibatkan preputium penis yang diretraksi sampai di sulkus koronarius tidak dapat dikembalikan pada kondisi semula dan timbul jeratan pada penis di belakang sulkus koronarius.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
a. Pembengkakan pada penis
b. Nyeri pada penis Faktor Risiko
Penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada laki- laki yang belum disirkumsisi misalnya pada pemasangan kateter.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
a. Preputium tertarik ke belakang glans penis dan tidak dapat dikembalikan ke posisi semula
b. Terjadi eritema dan edema pada glans penis
c. Nyeri
d. Jika terjadi nekrosis glans penis berubah warna menjadi biru hingga kehitaman
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Penegakan diagnosis berdasarkan gejala klinis dan peneriksaan fisik Diagnosis Banding
Angioedema, Balanitis, Penile hematoma Komplikasi
Bila tidak ditangani dengan segera dapat terjadi ganggren
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
a. Reposisi secara manual dengan memijat glans selama 3-5 menit. Diharapkan edema berkurang dan secara perlahan preputium dapat dikembalikan pada tempatnya.
b. Dilakukan dorsum insisi pada jeratan
Rencana Tindak Lanjut
Dianjurkan untuk melakukan sirkumsisi. Konseling dan Edukasi
Setelah penanganan kedaruratan disarankan untuk dilakukan tindakan sirkumsisi karena kondisi parafimosis tersebut dapat berulang.
Kriteria Rujukan
Bila terjadi tanda-tanda nekrotik segera rujuk ke layanan sekunder.
Peralatan Set bedah minor | ||||
Prognosis Prognosis bonam | bila | penanganan | kegawatdaruratan | segera |
dilakukan. |
Referensi
a. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Saluran kemih dan alat kelamin lelaki. Buku Ajar Imu Bedah.Ed.2. Jakarta: EGC,2004.
b. Hayashi Y, Kojima Y, Mizuno K, danKohri K. Prepuce: Phimosis, Paraphimosis, and Circumcision. The Scientific World Journal. 2011. 11, 289–301.
c. Drake T, Rustom J, Davies M. Phimosis in Childhood. BMJ 2013;346:f3678.
d. TekgülS, Riedmiller H, Dogan H.S, Hoebeke P, Kocvara R, Nijman R, RadmayrChr, dan Stein R. Phimosis. Guideline of Paediatric Urology. European Association of Urology. 2013. hlm 9-10