Sistem Respirasi
- Pemeriksaan Leher Tingkat Keterampilan: 4A Tujuan
a. Melakukan inspeksi, palpasi, auskultasi leher
b. Melakukan pemeriksaan tiroid
c. Melakukan pemeriksaan JVP dan A. carotis (lihat materi Sistem Kardiovaskuler)
Alat dan Bahan: Stetoskop Teknik Pemeriksaan
a. Jelaskan kepada pasien jenis dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan.
b. Cuci tangan sebelum melakukan prosedur pemeriksaan.
c. Inspeksi leher:
-
Pemeriksa berdiri di hadapan pasien.
-
Nilai kesimetrisan leher, adanya deciasi trakea, adanya benjolan pada leher.
d. Palpasi leher:
-
Posisikan pasien dalam posisi duduk, pemeriksa berdiri tepat di belakang pasien
-
Palpasi area:
a) Daerah submandibular kanan dan kiri (di bawah mandibula)
b) Anterior dari m. Sternocleidomastoideus kanan dan kiri
c) Posterior dari m. Sternocleidomastoideus kanan dan kiri
d) Daerah supraclavicula kanan dan kiri
e) Darah aksila kanan dan kiri
f) Nilai adanya pembesaran kelenjar getah bening.
Gambar 56. Palpasi leher
-
Pemeriksaan Kelenjar Tiroid (lihat materi Sistem Endokrin, Metabolisme dan Nutrisi)
-
Pemeriksaan JVP dan arteri karotis (lihat materi Sistem Kardiovaskuler)
Analisis Hasil Pemeriksaan
a. Inspeksi leher:
Pada keadaan normal, leher terlihat simetris dan tidak terdapat benjolan. Retraksi trakea, misanya, terdapat pada tension pneumothorax. Benjolan yang terdapat pada leher dapat berupa pembesaran kelenjar limfe, pembesaran kelenjar tiroid, maupun tumor jaringan ikat.
b. Palpasi leher:
Saat pemeriksaan ini nilai adakah pembesaran kelenjar getah bening pada area yang diperiksa. Bila didapatkan pembesaran KGB nilai berapa banyak, ukurannya, mobilisasi, konsistensi dan adanya nyeri tekan. Misalnya, pembesaran KGB pada fossa supraclavicula dapat merupakan metastase karsinoma bronkial pada sistem limfe, limfoma maligna maupun sarkoidosis.
c. Pemeriksaan Kelenjar Tiroid
-
Pembesaran difuse kelenjar tiroid tanpa adanya nodul kemungkinan disebabkan oleh grave’s disease, tiroiditis hashimoto, dan goiter endemic.
-
Pembesaran difuse kelenjar tiroid dimana ditemukan dua atau lebih nodul lebih sering diakibatkan proses metabolic dibandinkan keganasan. Namun paparan radiasi sejak kecil, adanya riwayat keganasan pada keluarga, adanya pembesaran kelenjar getah bening, dann nodul yang membesar dengan cepat dapat dicurigai ke arah keganasan.
-
Terabanya satu nodul biasanya kemungkinan kista atau tumor jinak. Namun jika terdapat riwayat radiasi, nodul teraba keras, terfiksir dengan jaringan disekitarnya, cepet membesar, disertai pembesaran kelenjar getah bening dan terjadi pada laki-laki, maka curiga kearah keganasan lebih tinggi.
Referensi
a. Bickley. Bates Guide to Physical Examination and History Taking
8th Edition. 2002-08.
b. Duijnhoven, Belle. Skills in Medicine: The Pulmonary Examination. 2009.
- Pemeriksaan Dada Tingkat Keterampilan: 4A
Tujuan: Melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dada Alat dan Bahan: -
Teknik Pemeriksaan
a. Jelaskan kepada pasien jenis dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan.
b. Cuci tangan sebelum melakukan prosedur pemeriksaan.
c. Lakukan inspeksi dada dan kenali kelainannya :
-
Pemeriksa menginspeksi dada pasien dari arah depan, samping dan belakang.
-
Selalu nilai mulai dari kulit, subkutis, otot dan rangka. Pada wanita, nilai juga payudara.
-
Nilai dari depan, samping dan belakang ekspansi dada saat bernapas dan saat istirahat juga saat inspirasi maksimum.
-
Saat pemeriksaan nilai apakah ekspansi dada cukup dan simetris.
-
Nilai juga adanya retraksi.
-
Pada pasien yang dicurigai ekspansi dadanya menurun, dapat dilakukan pemeriksaan secara objektif dengan mengukur lingkar dada saat pernapasan normal dan inspirasi maksimal. Pada laki-laki, pita ukur berada diatas puting, sedangkan pada wanita berada tepat diatas mamae.
d. Lakukan palpasi dada dan kenali kelainannya:
- Untuk pemeriksaan palpasi dada, gunakan seluruh permukaan telapak tangan. Tempatkan kedua tangan pada kedua sisi dada dan periksa daerah-daerah dibawah ini saat pernapasan biasa dan saat pernapasan dalam:
a) Torakss anterior atas
b) Turun kebawah ke daerah costo triangle
c) Torakss lateral
d) Dengan satu tangan pada sternum dan lainnya pada tulang belakang
e) Torakss posterior bawah
-
Nilai ekspansi dinding dada, kanan dan kiri serta kesimetrisannya.
-
Saat melakukan palpasi, tanyakan kepada pasien adakah area yang terasa nyeri saat pemeriksaan ini dilakukan.
-
Lakukan penilaian fremitus vokal dengan meminta pasien menyebutkan “tujuh puluh tujuh” sedangkan tangan pemeriksa merasakan getaran yang dihasilkan suara pasien.
-
Nilai getaran yang dirasakan pada tangan kanan dan kiri apakah sama kuat.
1 2
3 4
Gambar 57. Palpasi dada
e. Melakukan perkusi dada:
-
Pasien duduk di meja periksa.
-
Pemeriksa menempatkan jari tengah tangan kirinya di punggung pasien dalam posisi hiperekstensi.
-
Tekan distal sendi interfalang dengan kuat pada permukaan yang akan diperkusi.
-
Hindari kontak permukaan yang akan diperkusi dengan bagian lain tangan karena akan meredam getaran. Pastikan ibu jari, jari 2, 4, dan 5 tidak menyentuh dada.
-
Posisikan lengan kanan cukup dekat dengan permukaan dengan tangan mengokang ke atas. Jari tengah harus sedikit fleksi, santai dan siap mengetuk.
-
Dengan tajam cepat namun santai, gerakkan tangan kanan ke arah jari tengah kanan tangan kiri dengan titik tumpu berada di pergelangan tangan. Bagian yang diketuk adalah distal sendi interphalangeal.
-
Ketuk menggunakan ujung jari tengah, bukan dengan bantalan jari. Kuku pemeriksa dianjurkan pendek.
-
Pemeriksa segera menarik jarinya dengan cepat setelah mengetuk untuk menghindari teredamnya getaran.
-
Perkusi dilakukan di sela iga.
-
Nilai suara yang ditimbulkan, bandingkan sisi kanan dan kiri.
Gambar 58. Teknik dan area perkusi dinding thoraks
f. Perkusi topografi anterior Batas paru-hati
-
Pasien dalam posisi berbaring di atas meja periksa.
-
Lakukan perkusi pada linea midclavicula dextra ke arah kaudal secara vertikal melewati puting. Pada wanita, adanya payudara dapat mengaburkan interpretasi suara perkusi.
-
Perkusi dilakukan di sela iga.
-
Kenali batas paru-hati dengan adanya perubahan suara dari sonor ke pekak.
Batas jantung
-
Pasien dalam posisi berbaring di atas meja periksa.
-
Setelah mendapatkan batas paru-hati, naikkan 2 jari, kemudian perkusi ke arah medial sampai didapatkan perubahan suara dari sonor ke redup. Ini adalah batas kanan jantung.
-
Perkusi pada linea aksilaris anterior kiri sampai terdapat perubahan suara dari sonor ke timpani. Ini adalah batas paru-lambung.
-
Setelah mendapatkan batas paru-lambung, naikkan 2 jari, kemudian perkusi ke arah medial sampai terdapat perubahan suara dari sonor ke redup. Ini adalah batas kiri jantung.
-
Tentukan batas atas jantung dengan melakukan perkusi linea midklavikula sinistra ke arah kaudal secara vertikal sampai didapatkan perubahan suara dari sonor ke redup. Ini adalah batas atas jantung.
g. Melakukan auskultasi dada dan mengenali kelainannya:
-
Pasien duduk di meja periksa.
-
Lakukan auskultasi pada daerah di bawah ini:
Gambar 59. Lokasi auskultasi di dada
- Saat melakukan auskultasi, pemeriksa menilai:
a) Karakter suara napas (frekuensi dan kerasnya)
b) Intensitas inspirasi dan ekspirasi
c) Rasio waktu inspirasi dan ekspirasi
d) Adanya suara napas tambahan Analisis Hasil Pemeriksaan
a. Inspeksi dada:
- Kulit
Perhatikan adanya warna kulit yang abnormal, kelainan kulit, kelainan vaskular, dan bekas luka tertentu. Hal ini mungkin menunjukkan adanya riwayat kelainan paru,
misalnya adanya bekas luka post WSD pada pneumothorax.
- Subkutis
Nilai jumlah lemak subkutis. Hal ini mungkin akan mempengaruhi pemeriksaan perkusi dada dan suara pernapasan saat auskultasi.
- Payudara
Adanya payudara yang besar pada wanita mungkin akan mempengaruhi perkusi dan auskultasi.
- Otot
Perhatikan ukuran otot thorax pasien. Hal in juga dapat mempengaruhi perkusi dan auskultasi.
- Rangka
Perhatikan bentuk dan kesimetrisan dada. Abnormalitas dari rangka thorax dapat mempengaruhi posisi dan ekspansi paru. Contoh dari kelainan rangka thorax yang dapat mempengaruhi fungsi paru dan jantung adalah kelainan kongenital pectus excavatum (dada menjorok kedalam) dan pectus carinacum (dada burung), gangguan tulang belakang seperti scoliosis atau kyphosis dan barrel- shape yang berhubungan dengan COPD dimana didapatkan costal triangle melebar.
b. Deformitas toraks:
Dewasa normal:Torakss pada dewasa normal, ukuran diameter lateral lebih besar daridiameter anteroposterior. | |
_Barrel Chest:_Diameter anteroposterior melebar. Bentuk ini normal pada payi, sering menyertai penuaan normal serta pada pasien PPOK. | |
_Traumatic Flail Chest_Bila terjadi fraktur multiple pada iga, gerakan |
Bickley. Bates Guide to Physical Examination and History Taking 8th Edition.
paradoksial dada dapat terlihat. Turunnya difragma menurunkan tekanan intratoraksal saat inspirasi, area yang terluka menjorok kedalam, sedangkan saatekspirasi menonjol keluar. | |
Funnel Chest (Pectus Excavatum): Dikarakteristikkan dengan depresi pada sternum bagian bawah. Adanya kompresi jantung dan pembuluh darah besar dapatmenimbulkan adanyamurmur. | |
Pigeon Chest (Pectus Carinatum)Pada kelainan ini, sternum bergeser, diameter anteroposterior melebar. Kartilago kostae merapat pada sternum danmengalami depresi. | |
_Kyphoscoliosis:_Pada kelainan ini terdapat abnormalitas kurva tulang belakang dan rotasi vertebrae yang mengubah bentuk dada. Dapat terjadi distorsi paru yang menyebabkan sulitnya menilai hasil pemeriksaanparu. |
Gambar 60. Kelainan bentuk dada dan tulang belakang
c. Palpasi dada:
-
Ekspansi dada dapat diperiksa bukan hanya melalui inspeksi, namun juga dengan palpasi. Dari pemeriksaan ini pemeriksa dapat merasakan bila ekspansi dinding dada kurang ataupun asimetris.
-
Pada pemeriksaan palpasi dada juga dapat diketahui adanya nyeri tekan pada dinding dada seperti pada kecurigaan terdapat fraktur iga.
-
Pada pemeriksaan fremitus vokal, normalnya getaran suara dihantarkan ke seluruh dinding dada sehingga dirasakan sama kanan dan kiri.
-
Batas paru-hati normalnya berada di sela iga 6 atau 7 linea midclavicula dextra. Sedangkan batas paru-lambung berada di sela iga 5 atau 6 linea aksilaris anterior sinistra.
-
Pada pasien dengan COPD, batas paru-hati dapat lebih rendah.
d. Auskultasi Dada
- Karakter suara
Terdapat tiga tipe suara napas:
a) Vesikular atau suara napas normal
Terdengar pada orang normal (kecuali bayi dan balita) di seluruh lapang paru. Suara napas ini terdengar sebagai suara dengan frekuensi yang rendah, jernih, inspirasi terdengar halus dan ekspirasi terdengar lebih halus lagi, dengan rasio antara inspirasi dan ekspirasi 3:1.
b) Bronkial
Pada keadaan normal, pernapasan bronkial hanya dapat didengar diatas trakhea dan bronkus utama. Suara napas ini sangat kencang, frekuensinya tinggi, kuat, suara
inspirasi lebih terdengar dibanding ekspirasi, dengan rasio inspirasi dan ekspirasi hampir sama (5:6).
Bila ditemukan di area lain selain diatas, maka bermakna patologis. Contohnya pada pneumonia, edema paru dan pulmonary hemorrhage.
c) Bronchovesikular
- Intensitas
Intensitas suara napas dapat normal atau menurun (suara napas menurun). hal ini dapat disebabkan oleh:
Tabel 10. Intensitas suara napas
Proses yang mendasari Penyakit
Meningkatnya jarak stetoskop
dengan udara paru
Obesitas;
Pneumothorax
Menurunnya aerasi jaringan paruAtelektasis
- Rasio inspirasi dan ekspirasi
Normalnya, rasio inspirasi dan ekspirasi adalah 3:1. Memanjangnya waktu ekspirasi dapat disebabkan oleh obstruksi saluran napas bawah, seperti pada asma, biasanya disertai wheezing. Waktu inspirasi yang memanjang disebabkan oleh obstruksi saluran napas atas, misalnya pada obstruksi benda asing. Suara napas ini kencang dengan nada tinggi, disebut stridor inspirasi.
a) Suara napas tambahan
b) Suara napas tambahan yang berasal dari pleura. Berupa suara gesekan atau crackling akibat iritasi atau inflamasi pleura. Paling jelas terdengar pada akhir inspirasi.
c) Suara napas tambahan yang berasal dari bronkopulmonar
(1) Wheezing : terjadi akibat konstriksi jalan napas, seperti pada asma.
(2) Ronkhi : disebabkan oleh adanya sekret yang tebal pada jalan napas, seperti pada bronkhitis.
(3) Crackles : suara yang keras dan menghilang saat batuk atau inspirasi dalam. Early__inspiratory crackles dapat ditemukan pada pasien COPD. Late inspiratory crackles ditemukan pada edema paru. Expiratory crackles ditemukan pada emfisema dan bronkiektasis, biasanya tidak menghilang saat batuk.
Referensi
a. Bickley. Bates Guide to Physical Examination and History Taking 8th Edition. 2002-08.
b. Duijnhoven, Belle. Skills in Medicine: The Pulmonary Examination. 2009.
- Dekompresi Jarum Tingkat Keterampilan: 4A
Tujuan: Melakukan prosedur toraksosentesis jarum untuk tindakan penyelamatan pada tension pneumotorakss.
Alat dan Bahan
a. Kassa steril
b. Povidon iodine
c. Alkohol 70%
d. Klem jaringan
e. Kom
f. Spuit 3 cc
g. Luer-Lok 10 cc
h. Lidokain ampul
i. Jarum kareter
j. Duk steril
k. Sarung tangan steril
l. Plester
Teknik Pemeriksaan
a. Jelaskan kepada pasien atau keluarga pasien jenis, prosedur dan komplikasi tindakan yang akan dilakukan.
b. Persiapkan alat dan bahan.
c. Cuci tangan sebelum melakukan prosedur pemeriksaan.
d. Identifikasi toraks pasien dan status respirasi.
e. Berikan oksigen dengan aliran tinggi dan ventilasi sesuai kebutuhan.
f. Identifikasi sela iga II, di linea midklavikula di sisi tension pneumotorakss.
g. Gunakan sarung tangan steril.
h. Lakukan prosedur asepsis dan antisepsis.
i. Berikan anestesi lokal jika pasien sadar atau keadaan mengijinkan.
j. Persiapkan Luer-Lok dan hubungkan dengan jarum kateter.
k. Insersi jarum kateter (panjang 3-6 cm) ke kulit secara langsung tepat diatas iga kedalam sela iga dengan sudut 90o terhadap permukaan kulit.
l. Tusuk sampai dengan lapisan pleura parietal.
m. Pindahkan Luer-Lok dari kateter dan dengar keluarnya udara ketika jarum memasuki pleura parietal, menandakan tension pneumothoraks telah diatasi.
n. Pindahkan jarum dan ganti Luer-Lok di ujung distal kateter. Tinggalkan kateter plastik di tempatnya dan tutup dengan plester atau kain kecil.
o. Siapkan chest tube, jika perlu. Referensi
ATLS student course manual. 8th ed. Chicago: America College of Surgeon. 2008. P126.
- Terapi Oksigen Dan Inhalasi
a. Terapi Oksigen
Tingkat Keterampilan: 4A
Tujuan: Melakukan pemberian suplementasi oksigen
Alat dan Bahan
-
Sumber oksigen
-
Alat-alat sumplementasi oksigen: nasal kanul, sungkup sederhana, sungkup rebreathing, sungkup non-rebreathing.
-
Pulse oxymetry
Teknik Tindakan
-
Jelaskan kepada pasien atau keluarga pasien jenis dan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
-
Persiapkan alat dan bahan.
-
Cuci tangan sebelum melakukan prosedur tindakan.
-
Nilai status oksigenasi pasien.
-
Tentukan kebutuhan oksigen dan jenis alat suplementasi oksigen yang dibutuhkan pasien
-
Pasang alat suplementasi oksigen ke sumber oksigen.
-
Atur aliran oksigen sesuai kebutuhan pasien.
-
Pasang alat suplementasi oksigen kepada pasien.
-
Pantau keefektifan pemberian oksigen. Analisis Tindakan
Jenis alat suplementasi oksigen, kecepatan aliran dan presentase oksigen yang dihantarkan.
Tabel 11. Penggunaan alat suplementasi oksigen
Alat | Kecepatan**(L/menit)** | aliran | % oksigen | |
Kanul nasal | 1 | 21-24 | ||
2 | 25-28 | |||
3 | 29-32 | |||
4 | 33-36 | |||
5 | 37-40 | |||
6 | 41-44 | |||
Sungkup****sederhana | muka | 6-10 | 35-60 | |
Sungkup | muka | 6 | 60 | |
dengan reservoir O2 | 7 | 70 | ||
8 | 80 | |||
9 | 90 | |||
10-15 | 95-100 |
Sungkup muka venturi
4-8
10-12
24-35
40-50
Referensi
Karo-Karo S, Rahajoe AU, Sulistyo S, dkk. Buku panduan kursus bantuan hidup jantung lanjut ACLS Indonesia. Ed 2012. PERKI.2012.
b. Terapi Inhalasi
Tingkat Keterampilan: 4A
Tujuan: Melakukan terapi inhalasi sesuai dengan indikasi Alat dan Bahan
-
Peralatan nebulizer: masker aerosol, nebulizer, tube.
-
Turbuhaler
-
MDI (metered dose inhaler).
-
Sumber oksigen.
-
Obat-obatan inhalasi yang sesuai. Teknik Tindakan
Terapi Inhalasi Aerosol dengan Nebulizer
-
Siapkan peralatan yang dibutuhkan.
-
Pasang peralatan nebulizer. Pastikan alat dalam kondisi yang baik.
-
Cuci tangan sebelum tindakan.
-
Sapa pasien. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
-
Posisikan pasien dalam posisi duduk.
-
Bersihkan masker nebulizer dengan kapas alkohol.
-
Masukkan obat inhalasi sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.
Gambar 61. Teknik memasukkan obat inhalasi
- Hubungkan nebulizer dengan kontak listrik. Kemudian hidupkan nebulizer dengan cara menekan tombol on. Atau jika menggunakan sumber oksigen, sambungkan alat nebulizer dengan oksigen 4-6 liter per menit atau hingga aliran uap keluar secara adekuat.
Gambar 62. Teknik menghubungkan nebulizer
-
Pastikan uap keluar dari nebulizer.
-
Pasang masker pada pasien. Jika pasien berusia kurang dari 1 tahun, minta bantuan orang tua untuk memegang masker.
Gambar 63. Pemasangan masker
-
Instruksikan pasien untuk bernapas biaa melalui bagian mulut nebulizer.
-
Terapi dilakukan hingga seluruh larutan habis.
-
Monitor efek pengobatan terhadap pasien. Hal ini termasuk respons pasien terhadap terapi dan penilaian ulang tanda vital, EKG, dan suara napas.
-
Cuci tangan setelah tindakan selesai.
-
Catat kondisi pasien sebelum dan setelah terapi.
Teknik Penggunaan Metered Dose Inhaler
-
Sebelum menggunakan inhaler, minta pasien mengeluarkan sputumnya.
-
Buka tutup plastik pada inhaler dan spacer device. Pasang bagian mulut inhaler pada bagian belakang spacer device.
-
Kocok setidaknya 3-5 kali.
-
Tempatkan bagian mulut spacer device ke dalam mulut pasien. Minta pasien untuk merapatkan bibirnya.
-
Pegang inhaler dengan posisi tegak.
-
Tekan bagian atas canister untuk menyemprotkan obat ke dalam spacer device.
-
Instruksikan pasien untuk mengambil napas dalam dan perlahan melalui mulut.
-
Keluarkan alat dari mulut dan minta pasien untuk tetap merapatkan bibir sambil menahan napas selama mungkin (5-10 detik).
-
Keluarkan napas perlahan.
-
Jika menggunakan masker, tekan dan tahan masker pada wajah setidaknya selama 6 tarikan napas setelah menggunakan MDI.
-
Tunggu selama 1 menit sebelum memberikan puff kedua untuk mendapatkan efek terbaik; kemudian ulangi langkah-langkah diatas.
-
Inhaler harus dikocok sebelum tiap semprotan.
Gambar 64. Penggunaan inhaler Teknik menggunakan turbuhaler
- Sebelum menggunakan turbuhaler untuk pertama kalinya, yang harus dilakukan adalah:
a) Putar tutupnya dan angkat.
b) Pegang turbuhaler tegak (dengan bagian mulut di atas), kemudian putar grip ke kiri sampai terdengar bunyi klik.
c) Turbuhaler dapat digunakan untuk dosis pertama.
-
Angkat tutup turbuhaler.
-
Pegang turbuhaler tegak dan putar pegangan ke kanan kemudian kembali ke kiri sejauh mungkin. Akan terdengar bunyi klik.
-
Buang napas perlahan, kemudian letakkan bagian mulut diantara bibir dan ambil napas sedalam mungkin.
-
Keluarkan turbuhale dari mulut dan tahan napas selama kurang lebih 10 detik.
-
Instruksikan pasien untuk kumur-kumur dengan air bersih lalu buang.
-
Bersihkan turbuhaler kemudian tutup kembali.
Gambar 65. Penggunaan turbuhaler Teknik menggunakan diskus
-
Pegang diskus dengan atu tangan, letakkan ibu jari tangan anda yang lain pada pegangan ibu jari.
-
Buka diskus dengan menekan pegangan ibu jari ke kanan sampai bagian mulut dari diskus terlihat keluar.
-
Pegang dan tahan tuas diskus. Dorong tuas semaksimal mungkin sampai terdengar bunyi klik.
-
Keluarkan napas perlahan.
-
Letakkan bagian mulut diskus pada bibir. Tarik napas dalam-dalam melalui diskus.
-
Lepaskan diskus dari mulut kemudian tahan napas selama kurang lebih 10 detik.
-
Keluarkan napas secara pelahan. Tutup diskus.
-
Instruksikan pasien untuk kumur-kumur dengan air bersih lalu buang.
Analisis
-
Indikasi Klinis: mengurangi bronkospasme, inflamasi jalan napas, mukokinesis, dan profilaksis bronkokonstriksi.
-
Kontraindikasi: riwayat hipersensitivitas atau reaksi alergi terhadap obat-obatan.
-
Bunyi mendesis saat inhalasi dengan metered dose inhaler
mengindikasikan bahwa teknik yang digunakan tidak tepat.
-
Jenis obat-obatan aerosol dan dosis yang tersedia: pMDI (pressurized metered-dose inhaler)
-
Anticholinergic: ipatropium bromide 21 µg
-
Agonis Β2 adrenergik: formoterol 12 µg
-
Kortikosteroid: salmeterol 25 µg; levabuterol 45 µg;
beclometason 50 µg, 100 µg, 200 µg, dan 250 µg;
ciclesonide 40 µg, 80 µg, dan 160 µg; budesonide 50 µg; fluticasone 50 µg,125 µg, dan 250 µg; flunisolide 80 µg.
-
Kombinasi: beclomethason/formoterol 100/6 µg; budesonide/formoterol 80/4.5 µg dan 160/4.5 µg; fluticasone/salmeterol 50/25, 125/25, dan 250/25 µg; ipatropium bromide/salbutamol 18/100 µg.
-
Cromones: nedocromil sodium 2mg; sodium cromoglycate 1 mg dan 5 mg.
Nebulizer
-
Agonis beta-2 adrenergik: formoterol fumarat 20 µg/2 mL; salbutamol 0.083% dalam 1,2,dan 5 mg vial; armoterol tartrate 15 µg; levalbuterol. Metaprotenrenol sulfat.
-
OAINS: cromolyn sodium 20 mg.
-
Kortikosteroid: budesonide 0.25, 0.5, dan 1 mg; fluticasone
0.5 mg/2ml dan 2 mg/2mL.
-
Mukolitik: larutan saline hipertonik.
-
Antikolinergik: ipratropium bromide 500/vial.
Dry powder inhalation (DPI), contoh:
-
Fluticasone 50, 100, 250, dan 500 µg
-
Salbutamol 200 µg
-
Salmeterol 50 µg
-
fluticasone/salmeterol 100/50, 250/50 dan 500/50 µg.
-
Budesonide 100, 200, dan 400 µg
-
Formoterol 6 dan 12 µg
-
Terbutaline 500 µg.
Referensi
a. Laube BL, et al. What the pulmonary specialist should know about the new inhalation therapies. Eur Respir J 2011: 37(6); 1308-1331.
b. Global initiative for asthma. Instruction for inhaler and spacer__use [Internet]. 2014 [cited 2014 March 24]. Available from: http://www.ginasthma.org/documents/11
c. North Carolina College of Emergency Physician’s_. standards_ procedure (skill) airway-nebulizer inhalation therapy [internet]. 2005 [cited 2014 March 24]. Available from: http://www.ncems.org/pdf/NCCEPStandardsProcedures 2009.pdf
d. London health sciences centre. Inhalation therapy bronchodilator administration via wet nebulization aerosol. Chest. 1997 Dec;112(6):1501-5.