Pemeriksaan Tulang Belakang
Tingkat Keterampilan: 4A
Tujuan
- Menilai bentuk tulang belakang.
- Lakukan pemeriksaan tulang belakang, otot dan sendi yang terkait.
- Menemukan kelainan yang paling sering ditemukan pada pemeriksaan tulang belakang.
Alat dan Bahan:
Teknik Pemeriksaan
- Mulai dengan inspeksi postur, termasuk posisi leher dan batang tubuh saat pasien memasuki ruangan (lihat materi General Survey bagian C. Menilai Postur dan Habitus)
- Jelaskan kepada pasien pemeriksaan yang akan dilakukan dan prosedurnya
- Cuci tangan 7 langkah
- Minta pasien untuk berdiri dan membuka bajunya
- Mulai pemeriksaan dari leher dengan meminta pasien menggerakan lehernya ke bawah, ke atas, samping kiri dan samping kanan, lihat apakah ada kekakuan gerak leher
- Minta pasien untuk berdiri membelakangi pemeriksa dan mulai pemeriksaan dengan inspeksi dari belakang:
- Lihat prosesus spinosus (biasanya paling terlihat di C7 dan T1)
- Otot-otot paravertebral di kedua sisi garis tengah
- Kepala iliaka (yang menonjol)
- Posterior superior tulang iliaka, biasanya ditandai dengan adanya skin dimples
- Servikal bentuk lordosis, toraksal bentuk kifosis, lumbal bentuk lordosis dan sakrum kifosis (dilihat dari samping)
Gambar 124. Anatomi Columna Vertebralis
g. Palpasi tulang belakang dengan ibu jari; bisa dengan posisi duduk atau posisi berdiri:
Gambar 125. Palpasi spina: nyeri, bengkak atau peningkatan suhu
-
Palpasi otot-otot paravertebral untuk melihat apakah ada nyeri atau spasme otot.
-
Palpasi prosesus spinosus apakah ada step deformity
(penurunan prosesus spinosus).
-
Periksa secara hati-hati di daerah lumbal apakah ada prosesus spinosus yang menonjol (gibus) atau tidak terlihat menonjol (normal) sehubungan dengan tulang diatasnya.
-
Palpasi daerah sakroiliaka, biasanya ada skin dimples di sepanjang posterior superior tulang iliaka.
-
Perkusi tulang belakang dari daerah servikal hingga lumbal untuk melihat adanya nyeri; dilakukan dengan menggunakan sisi medial kepalan tangan.
h. Range of Motion (ROM)
Pemeriksaan dilakukan secara aktif dan pasif.
Pemeriksaan aktif: pasien disuruh melakukan gerakan secara mandiri, menirukan gerakan pemeriksa (sesuai instruksi pemeriksa)
Pemeriksaan pasif: pemeriksa yang menggerakkan ekstremitas pasien
- Leher: dinilai apakah ada nyeri atau gangguan pergerakan
a.1. Gerakan fleksi:
Minta pasien untuk mendekatkan dagunya ke arah dada
Rentang normal fleksi leher 50°
a.2. Gerakan ekstensi:
Minta pasien untuk melihat ke atas
Rentang normal ekstensi leher 60°
a.3. Gerakan rotasi:
Minta pasien untuk melihat bahu kanan dan sebaliknya
Rentang normal rotasi leher Ke kanan 80°
Ke kiri 80°
a.4. Gerakan lateral bending:
Minta pasien untuk mendekatkan telinga ke bahu kanan dan sebaliknya
Rentang normal lateral bending 45°
Gambar 126. ROM leher
- Kolumna spinalis
Gambar 127. ROM Kolumna Spinalis
a) Gerakan fleksi: minta pasien untuk membungkuk kedepan dan menyentuh jari-jari kaki (kelengkungan) lumbal menjadi lebih datar)
b) Gerakan ekstensi: minta pasien untuk mendongak kebelakang
c) Gerakan rotasi: minta pasien berputar ke arah kiri dan kanan (stabilkan pelvis pasien dengan menaruh kedua tangan pemeriksa di panggul kanan kiri pasien lalu putar batang tubuh ke kanan dan ke kiri; atau pasien dalam posisi duduk langsung memutar tubuh ke kanan dan kiri
d) Gerakan fleksi ke lateral: minta pasien untuk fleksi ke lateral dari pinggang
Analisis Hasil Pemeriksaan
a. Adanya deviasi dari posisi leher dan batang tubuh,( lateral atau putaran) menandakan kelainan, seperti tortikolis atau skoliosis
b. Nyeri menandakan adanya fraktur atau dislokasi jika didahului oleh trauma, infeksi atau arthritis.
c. Pergeseran pada spondilolistesis atau pergeseran sendi di satu vertebra kemungkinan dapat menekan medula spinalis. Didapatkan step deformity.
d. Nyeri sendi sakroiliaka pada palpasi dapat menandakan adanya peradangan sendi (sakroiliitis). Spondilitis ankylosis kemungkinan juga menyebabkan nyeri.
e. Nyeri pada perkusi dapat diakibatkan oleh fraktur pada osteoporosis, infeksi atau keganasan.
f. Adanya peningkatan kifosis toraksal perlu mencurigai adanya fraktur kompresi vertebra.
g. Spasme otot dapat terjadi akibat cedera, overuse, dan proses inflamasi dari otot, atau kontraksi yang terus-menerus akibat postur yang abnormal.
h. Nyeri nervus sciatic kemungkinan akibat herniasi diskus atau massa lesi yang menekan nervus yang bersangkutan.
i. Herniasi diskus intervertebralis sering terjadi di L5-S1 atau L4- L5, dapat menghasilkan nyeri dan spasme otot-otot paravertebral serta nyeri rujukan ke ekstremitas bawah.
j. Nyeri pada sendi intervertebra dapat juga disebabkan artritis
k. Nyeri pada sudut costovertebral perlu mencurigai adanya gangguan pada ginjal.
l. Keterbatasan pada ROM mungkin diakibatkan oleh kekakuan akibat artritis, nyeri akibat trauma, atau spasme otot.
m. Nyeri pada C1-C2 pada penderita artritis reumatoid meningkatkan risiko untuk terjadinya subluksasi dan kompresi medula spinalis.
n. Pengukuran gerakan fleksi tulang belakang (Tes Schober): tandai di sendi lumbosakral, lalu ukur 10 cm diatas dan 5 cm dibawah poin ini. Peningkatan sekitar 4 cm diantara 2 tanda ini masuk dalam keadaan normal.
Referensi
Bickley, LS. Szilagyi PG: Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking, 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. China. 2009.