Pemeriksaan dan Tatalaksana Khusus Bayi dan Anak
📄️ Penilaian Skor Apgar
Tingkat Keterampilan: 4A
- Palpasi Fontanella Tingkat Keterampilan: 4A
Tujuan: mampu menilai ubun-ubun pada bayi Alat dan Bahan: -
Teknik Pemeriksaan
a. Jelaskan kepada orang tua pasien jenis dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan.
b. Cuci tangan 7 langkah.
c. Posisikan bayi duduk di meja periksa atau meminta ibu bayi memangku bayi.
d. Inspeksi fontanela anterior dan posterior, lihat apakah ada pembesaran.
e. Palpasi daerah sutura dan fontanel. Palpasi sutura terasa seperti bubungan dan fontanela terasa seperti cekungan yang lembut. Pulsasi yang teraba di fontanela merefleksikan pulsasi perifer.
f. Periksa fontanela secara hati-hati, karena kepenuhannya merefleksikan tekanan intrakranial.
Analisis Hasil Pemeriksaan
Fontanel merupakan bagian lunak di antara tulang tengkorak bayi. Pada perabaan, konsistensinya lunak. Fontanel anterior memiliki diameter antara 4 – 6 cm dan biasanya menutup pada usia antara 7 – 19 bulan. Fontanel posterior memiliki diameter antara 1 – 2 cm dan biasanya menutup pada usia 2 bulan.
Pembesaran fontanel posterior biasanya didapatkan pada hipotiroid kongenital. Fontanel yang tegang dan menonjol didapatkan pada bayi dengan peningkatan tekanan intrakranial, yang disebabkan oleh infeksi susunan saraf pusat, penyakit neoplasma atau hidrosefalus. Fontanel anterior yang cekung dapat merupakan salah satu tanda dehidrasi.
Referensi
Bickley, LS. Szilagyi PG: Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking, 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. China. 2009. p 765
- Pemeriksaan Refleks Primitif Tingkat Keterampilan: 4A
Tujuan: Menilai refleks primitif pada bayi Alat dan Bahan: -
Teknik Pemeriksaan Refleks moro
a. Jelaskan kepada ibu pasien pemeriksaan yang akan dilakukan dan prosedurnya
b. Cuci tangan 7 langkah
c. Posisikan bayi dalam posisi semi-tegak
d. Biarkan kepala bayi sesaat terjatuh ke belakang saat diangkat, lalu dengan segera tangan pemeriksa membantu untuk menahan kepala
e. Respon bayi akan mengabduksikan dan mengekstensikan lengan, dan memfleksikan ibu jari, diikuti dengan fleksi dan aduksi dari ekstremitas atas
Refleks menggenggam palmar
a. Refleks ini dapat dimunculkan dengan cara memberikan jari pemeriksa atau sebuah objek di telapak tangan bayi yang terbuka pada tiap tangan
b. Bayi yang normal akan menggenggam objek atau jari, dengan percobaan mengangkat atau menghilangkan objek, genggaman akan semakin kuat
Refleks mengisap
a. Taruh jari telunjuk pemeriksa di filtrum (terletak diantara bibir bagian atas dan hidung) atau di bawah bibir bagian bawah
b. Mulut bayi akan seperti mencucu Refleks melangkah/menendang
a. Pegang bayi di antara batang tubuhnya dan turunkan sampai kedua kakinya menyentuh permukaan yang datar
b. Biarkan salah satu kakinya menyentuh meja pemeriksaan yang datar
c. Panggul dan lutut dari kaki yang menyentuh permukaan datar akan mengalami fleksi dan satu kakinya yang tidak menyentuh permukaan datar akan melangkah maju
d. Loncatan alternatif akan terjadi Analisis Hasil Pemeriksaan
a. Respon yang asimetri pada pemeriksaan refleks moro menandakan adanya fraktur klavikula, cedera pada pleksus brachialis, atau hemiparesis. Tidak adanya refleks moro pada bayi menandakan adanya disfungsi sistem saraf pusat. Refleks moror muncul saat usia 28-32 minggu dan sempurna usia 37 minggu, bertahan selama 5-6 bulan.
b. Refleks menggenggam palmar muncul saat usia 28 minggu dan sempurna saat usia 32 minggu, bertahan selama 2-3 bulan.
c. Refleks mengisap muncul saat usia 32 minggu dan sempurna saat usia 36 minggu, dan bertahan ± 1 bulan.
d. Tidak adanya refleks melangkah, di mana bayi tidak menyentuhkan kakinya ke tanah saat dilakukan pemeriksaan, mengindikasikan paralisis. Bayi yang lahir dengan posisi sungsang mungkin tidak ada refleks untuk menyentuhkan kakinya.
Referensi
Bickley, LS. Szilagyi PG: Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking, 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. China. 2009. p 794-795.
- Penilaian Pertumbuhan Dan Perkembangan Tingkat Keterampilan: 4A
Tujuan: mampu menilai perkembangan yang normal pada anak
Alat dan Bahan: -
Teknik Pemeriksaan
a. Jelaskan kepada ibu pasien pemeriksaan yang akan dilakukan dan prosedurnya
b. Dekati anak secara perlahan, dengan menggunakan mainan atau objek untuk mengalihkan perhatian
c. Lakukan seluruh pemeriksaan dengan anak berada di pangkuan ibunya
d. Bicara dengan perlahan kepada anak atau ikuti suara anak untuk mengalihkan perhatian
e. Tanya ibu pasien tentang perkembangan anak hingga saat ini
f. Setelah itu mulai lakukan pemeriksaan dengan Denver Develepmental Screening Test (DDST)
Gambar 154.1. Formulir DDST 1
Gambar 154.2. Formulir DDST 2
g. Formulir DDST terdiri dari 2 halaman (contoh seperti di atas)
h. Skala umur tertera pada bagian atas formulir yang terbagi dari umur dalam bulan dan tahun, sejak lahir sampai berusia 6 tahun
i. Pada setiap tugas perkembangan yang berjumlah 125, terdapat batas kemampuan perkembangan yaitu 25%, 50%, 75% dan
90%
j. Hitung umur anak dan buat garis à dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal lahir
Bila anak prematur, koreksi prematuritas, untuk anak yang lahir lebih dari 2 minggu sebelum tanggal perkiraan dan berumur kurang dari 2 tahun (hasil tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal lahir dikurangi lagi dengan usia premature
Analisis Hasil Pemeriksaan
a. Skor tiap uji coba ditulis pada kotak segiempat
-
P: pass/lulus
-
F: fail/gagal
-
No: no opportunity/tidak ada kesempatan
-
R : refusal/menolak
b. Langkah mengambil kesimpulan
-
Normal à bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution
-
Suspek à bila didapatkan ≥2 caution dan/atau ≥1
keterlambatan
- Tidak dapat diuji à bila ada skor menolak pada ≥1 uji coba terletak di sebelah kiri garis umur atau menolak pada >1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 75-90%
Referensi
Bickley, LS. Szilagyi PG: Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking, 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. China. 2009. p 752-754.
- Tes Rumple Leed
Tingkat Keterampilan: 4A
Tujuan: pemeriksaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah pada penderita DHF
Alat dan Bahan: -
Teknik Pemeriksaan
a. Pasang ikatan spigmomanometer pada lengan atas dan pompa hingga tekanan 100 mmHg (jika tekanan sistolik < 100 mmHg, pompa sampai tekanan di pertengahan nilai sistolik dan diastolik).
b. Biarkan tekanan pada posisi tersebut selama 10 menit.
c. Lepas ikatan dan tunggu sampai tanda-tanda statis darah hilang kembali. Statis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah diberi tekanan tadi kembali lagi seperti warna kulit sebelum diikat atau menyerupai warna kulit pada lengan lainnya (yang tidak diikat).
d. Cari dan hitung jumlah ptekie yang timbul dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira pada 4 cm distal fossa cubiti
Analisis Hasil Pemeriksaan
Jika terdapat > 10 ptekie dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira- kira 4 cm distal dari fossa cubiti test Rumple Leed dikatakan positif.
Seandainya dalam lingkaran tersebut tidak ada ptekie, tetapi terdapat ptekie pada bagian distal yang lebih jauh, tes Rumple Leed juga dikatakan positif.
Referensi
Parums DV. Tropical and Imported Infectious Disease; Dengue Fever in Essential Clinical Pathology. 1St ed . Blackwell science, Berlin 1996: 111-14.
- Tatalaksana Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Tingkat Keterampilan: 4A
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.
Bayi Kecil Masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang tidak tumbuh dengan baik di dalam kandungan selama kehamilan. Ada 3 kelompok bayi yang termasuk bayi KMK, KMK lebih bulan, KMK cukup bulan, KMK kurang bulan.
Tujuan
Memberikan tata laksana yang baik dan benar pada bayi dengan BBLR
Alat dan Bahan: - Teknik tindakan:
a. Deteksi pada ANC dilihat dari kenaikan berat badan ibu yang
<7,5 kg, status gizi ibu rendah, dan faktor risiko komplikasi penyakit pada kehamilan.
b. BBLR dinilai dengan menggunakan dua parameter:
-
Bernapas spontan atau menangis
-
Air ketuban (keruh atau tidak)
c. Tata laksana BBLR dibedakan menjadi tata laksana saat lahir dan setelah lahir.
Tata laksana saat lahir:
a. Asuhan BBLR tanpa asfiksia sebagai berikut:
-
Bersihkan lendir secukupnya kalau perlu
-
Keringkan dengan kain yang kering dan hangat
-
Segera berikan pada ibu untuk kontak kulit ibu dengan kulit bayi
-
Segera memberi ASI dini dengan membelai
-
Memandikan bayi dilakukan setelah 24 jam, atau lebih dari
24 jam jika bayi hipotermi < 36,5 C, suhu lingkungan dingin, ada penyulit yang lain.
-
Profilaksis suntikan Vitamin K1 1 mg dosis tunggal, IM pada paha kiri anterolateral
-
Salep mata antibiotik
-
Perawatan tali pusat: kering, bersih, tidak dibubuhi apapun dan terbuka
-
Bila berat lahir ≥ 2000 gram dan tanpa masalah atau penyulit, dapat diberikan Vaksinasi Hepatitis B pertama pada paha kanan
b. Asuhan BBLR yang tidak bernapas spontan dimasukkan ke dalam kategori lahir dengan asfiksia dan harus segera dilakukan langkah awal resusitasi dan tahapan resusitasi berikutnya bila diperlukan.
Resusitasi
Pemberian resusitasi diputuskan berdasarkan penilaian keadaan Bayi Baru Lahir, yaitu bila:
a. Air Ketuban bercampur mekonium ( letak kepala/gawat janin)
b. Bayi tidak menangis, atau tidak bernapas spontan, atau bernapas megap-megap
Catatan: Untuk memulai tindakan resusitasi BBLR asfiksia tidak perlu menunggu hasil penilaian skor APGAR
Langkah awal resusitasi
a. Jaga bayi dalam keadaan hangat
b. Atur posisi kepala bayi sedikit tengadah (posisi menghidu)
c. Isap lendir di mulut, kemudian hidung
d. Keringkan sambil dilakukan rangsang taktil
e. Reposisi kepala
f. Nilai keadaan bayi dengan melihat parameter: usaha napas. Bila setelah dilakukan penilaian, bayi tidak menangis atau tidak bernapas spontan dan teratur
g. Lakukan Ventilasi sesuai dengan tatalaksana manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir
h. Bila setelah ventilasi selama 2 menit, tidak berhasil, siapkan rujukan
i. Bila bayi tidak bisa dirujuk dan tidak bisa bernapas hentikan ventilasi setelah 10 menit denyut jantung tidak ada/tidak terdengar, kemudian siapkan konseling dukungan emosional dan pencatatan bayi meninggal
Tata laksana setelah lahir Riwayat
· Tanyakan tanggal perkiraan kelahiran atau umur kehamilan Periksa
· Timbang berat bayi (dalam keadaan telanjang) setelah lahir (0-24 jam) dan bernapas baik. Timbangan dilapisi kain hangat dan ditera.
· Lakukan pemeriksaan fisik Masalah/Kebutuhan Tentukan bayi adalah:
· BBLR yang boleh dirawat oleh bidan, adalah BBLR dengan berat ≥
2000 gram, tanpa masalah / komplikasi
· BBLR < 2000 gram atau > 2000 gram tetapi bermasalah harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Rencana Perawatan
Untuk semua bayi dengan berat 2000 – 2499 gram:
a. Jaga bayi tetap hangat:
b. Jaga bayi selalu “kontak kulit dengan kulit” dengan
c. ibunya (Perawatan Metode Kanguru kontinu (PMK))
d. Pertahankan posisi ibu dan bayi dengan selembar kain yang hangat dan dilapisi dengan baju berkancing depan di atasnya.
e. Tutupi kepala bayi dengan kain atau topi.
f. Mandikan bayi setelah berusia 24 jam dan suhu tubuh stabil.
g. Mendorong ibu meneteki (atau memerah kolostrum dan memberikan dengan cangkir atau sendok) sesegera mungkin dan selanjutnya setiap 2-3 jam.
h. Periksa tanda vital (pernapasan, suhu, warna kulit) setiap 30-60 menit selama 6 jam
i. Ajari ibu dan keluarga menjaga bayi tetap hangat dengan selalu
melakukan “kontak kulit dengan kulit”
j. Jika suhu ketiak turun dibawah 36,50C; anjurkan ibu untuk melakukan perawatan metode Kanguru kontinu.
k. Tutupi bayi-ibu dengan selimut atau kain yang lebih HANGAT dan tempatkan keduanya di ruangan yang hangat.
l. Sarankan ibu dan keluarga selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum memegang BBLR.
Jika masalah bertambah:
Jika BBLR badan tetap dingin/panas, membiru, atau memiliki gangguan pernapasan, stimulasi dan rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Jika bayi boleh minum tapi tidak dapat menghisap dengan baik, perah dan beri ASI dengan menggunakan cangkir /sendok dan segera rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Pemantauan
a. Pemantauan dilakukan dengan bantuan bidan untuk mengunjungi bayi minimal dua kali dalam minggu pertama dan selanjutnya sekali dalam setiap minggu sampai berat bayi 2500 gram dengan mempergunakan format Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).
b. BBLR dapat turun beratnya hingga 10 -15% dalam 10 hari pertama kemudian sudah harus naik, paling kurang 20 gram sehari atau 120 gram dalam 6 hari.
Analisis tindakan/Perhatian:
BBLR umumnya dapat mengalami masalah sebagai berikut:
a. Asfiksia
b. Gangguan napas
c. Hipotermi
d. Hipoglikemi
e. Masalah pemberian ASI
f. Infeksi
g. Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi)
h. Masalah perdarahan
Perhatian dan tatalaksana yang baik pada saat lahir, yaitu harus mendapat ”Pelayanan Neonatal Esensial”, yang terdiri atas:
a. Persalinan yang bersih dan aman
b. Stabilisasi suhu
c. Inisiasi pernapasan spontan
d. Pemberian ASI dini (Inisiasi Menyusui Dini/IMD) dan Eksklusif
e. Pencegahan Infeksi dan pemberian Imunisasi
Anjuran
Pada anak BBLR, untuk mencegah kebutaan dan ketulian perlu dilakukan pemeriksaan mata dan telinga sedini mungkin.
Referensi
a. Department of Child and Adolescent Health and Development (CAH). Buku Saku: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Pedoman Bagi RS Rujukan Tk. I di Kabupaten/Kota. WHO: Jakarta. 2009.
b. Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah untuk Bidan dan Perawat. Kemenkes 2011.
- Peresepan Makanan Untuk Bayi Tingkat Keterampilan: 4A Tujuan
Memberikan makanan atau minuman selain ASI yang mengandung nutrien yang diberikan kepada bayi selama periode pemberian makanan peralihan (complementary feeding) sebagai makanan tambahan yang diberikan bersama pemberian ASI.
Alat dan Bahan: bahan promosi dan edukasi
Teknik Tindakan
a. Berikan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan, selanjutnya tambahkan MP-ASI mulai usia 6 bulan (180 hari) sementara ASI diteruskan.
b. Lanjutkan ASI on demand sampai usia 2 tahun atau lebih.
c. Lakukan 'responsive feeding' dengan menerapkan prinsip asuhan psikososial.
d. Terapkan perilaku hidup bersih dan higienis serta penanganan makanan yang baik dan tepat.
e. Mulai pemberian MP-ASI pada usia 6 bulan dengan jumlah sedikit, bertahap dinaikkan sesuai usia bayi, sementara ASI tetap sering diberikan.
f. Bertahap konsistensi dan variasi ditambah sesuai kebutuhan dan kemampuan bayi.
g. Frekuensi pemberian MP-ASI semakin sering sejalan dengan bertambahnya usia bayi.
h. Berikan variasi makanan yang kaya akan nutrien untuk memastikan bahwa seluruh kebutuhan nutrien terpenuhi.
i. Gunakan MP-ASI yang diperkaya vitamin-mineral atau berikan preparat vitamin-mineral bila perlu.
Pengenalan jenis, tekstur dan konsistensi makanan harus secara bertahap, demikian pula dengan frekuensi dan jumlah makanan yang diberikan. Berikut ini, beberapa hal penting yang berkaitan dengan hal tersebut.
-
Tes makanan pertama kali: Bubur tepung beras yang diperkaya zat besi merupakan makanan yang dianjurkan sebagai makanan pertama yang diberikan kepada bayi. Dapat ditambahkan ASI atau susu formula yang biasa diminumnya setelah bubur dimasak.
-
Sebaiknya diberikan mulai 1-2 sendok teh saja dulu, sesudah bayi minum sejumlah ASI atau formula, kecuali bila selalu menolak maka diberikan sebelumnya. Selanjutnya jumlah makanan ditambah bertahap sampai jumlah yang sesuai atau yang dapat dihabiskan bayi.
j. Tambahkan asupan cairan saat anak sakit, termasuk lebih sering menyusu, dan dorong anak untuk makan makanan lunak dan yang disukainya. Setelah sembuh, beri makan lebih sering dan dorong anak untuk makan lebih banyak.
Analisis Tindakan/Perhatian:
MP-ASI harus memenuhi syarat berikut ini:
a. Tepat waktu (Timely): MP-ASI mulai diberikan saat kebutuhan energi dan nutrien melebihi yang didapat dari ASI
b. Adekuat (Adequate): MP-ASI harus mengandung cukup energi, protein dan mikronutrien.
c. Aman (Safe): Penyimpanan, penyiapan dan sewaktu diberikan, MP-ASI harus higienis.
d. Tepat cara pemberian (Properly): MP-ASI diberikan sejalan dengan tanda lapar dan nafsu makan yang ditunjukkan bayi serta frekuensi dan cara pemberiannya sesuai dengan usia bayi.
Tabel 15. Perilaku anak saat lapar dan kenyang
LAPAR: KENYANG:
Gerakan menghisap atau
mencecapkan bibir
Menutup mulut dengan tangannya
Memasukkan tangan ke dalam
mulut
Tertidur
Mencondongkan tubuh ke arah makanan atau berusaha menjangkaunya
Referensi
Kolegium Gizi Klinik. Definisi dan pemberian MP-ASI. 2014
- Tatalaksana Gizi Buruk Tingkat Keterampilan: 4A
Tujuan: memberikan tata laksana yang baik dan benar pada anak dengan gizi buruk tanpa komplikasi
Alat dan Bahan:
NGT
Susu formula (susu F)
Teknik Pemeriksaan
a. Setelah dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan jenis gizi buruk pada pasien.
-
Gizi buruk yang disebabkan oleh kekurangan asupan protein (kwashiorkor) dilakukan palpasi abdomen untuk melihat pembesaran hati.
-
Gizi buruk yang disebabkan oleh kekurangan asupan
karbohidrat (marasmus) terlihat adanya wasting pada lengan atas.
b. Jelaskan kepada ibu pasien tindakan yang akan dilakukan dan prosedurnya
c. Cuci tangan 7 langkah
d. Lakukan tatalaksana gizi buruk sesuai tabel di bawah ini.
Tabel 16. Tatalaksana gizi buruk
e. Tata laksana gizi buruk ada 10 langkah dibagi menjadi 3 fase
-
Fase stabilisasi 1-2 hari dan 3-7 hari
-
Fase transisi minggu kedua (7-14 hari)
-
Fase rehabilitasi minggu ketiga-minggu ketujuh
f. 10 langkah tata laksana gizi buruk
-
Hipoglikemia
-
Hipotermia
-
Dehidrasi
-
Elektrolit
-
Infeksi
-
Mulai pemberian makanan
-
Tumbuh kejar
-
Mikronutrien
-
Stimulasi
-
Tindak lanjut
g. Karena pada umumnya anak dengan gizi buruk tidak kooperatif, dianjurkan untuk pemasangan NGT untuk pemberian susu F
yang direkomendasikan oleh WHO (F75, F100, F135)
h. Anak gizi buruk selalu disertai diare, direkomendasikan untuk pemberian preparat zink.
Analisis Tindakan/Perhatian
a. Fase stabilisasi = F75
-
Energi 100 kkal/kg/hari
-
Protein 1-1,5 gr/kg/hari
-
Cairan 130 ml/kgbb/hari
b. Fase transisi = F100
-
Energi 100-150 kkal/hari
-
Protein 4-6 gr/kg/hari
c. Fase rehabilitasi = F135
-
Energi 150-220 kkal/kg/hari
-
Protein 4-6 gr/kg/hari
d. Preparat zink bertujuan sebagai antioksidan dan memperbaiki vili-vili usus yang atrofi sehingga dapat mencegah terjadinya diare.
e. Pemberian makanan selalu dimonitor dengan penimbangan berat badan setiap 3 hari.
Referensi
Kliegman, Behrman, et al: Nelson Textbook of Pediatrics, 18th Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2008.
- Pungsi Vena Pada Anak Tingkat Keterampilan: 4A
Tujuan: mampu melakukan pengambilan darah di pembuluh vena anak
Alat dan Bahan
a. Spuit disposible 3 cc
b. Tabung plastik 1 ml untuk pemeriksaan Hb
c. Torniquet (alat ikat pembendungan)
d. Microtube (tabung mikro) 1 ml untuk menyimpan serum
e. Kotak pendingin untuk membawa darah dan serum
f. Antikoagulan EDTA
g. Kapas alkohol 70%
h. Air bebas ion dan larutan HNO3
Teknik Tindakan
a. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan prosedurnya
b. Lakukan cuci tangan 7 langkah
c. Sebaiknya anak tetap berada di pangkuan orang tuanya atau minta anak untuk tidur di tempat tidur ditemani orang tuanya
d. Berikan mainan atau objek untuk mengalihkan perhatian
e. Tempatkan anak pada posisi terlentang
f. Minta operator berdiri di salah satu sisi tempat tidur, menstabilkan lengan yang akan digunakan untuk pungsi vena
g. Minta asisten berdiri disisi tempat tidur yang lain, menunduk melewati tubuh anak bagian atas untuk berfungsi sebagai penahan dan menggunakan lengan yang paling dekat dengan operator untuk membantu menahan pada pungsi vena
h. Bersihkan kulit diatas lokasi tusuk dengan alkohol 70% dengan cara berputar dari dalam keluar dan biarkan sampai kering.
i. Lokasi penusukan harus bebas dari luka dan bekas luka/sikatrik.
j. Bila sisi yang akan diambil darah ada infus, ambil sisi sebelahnya untuk diambil darah
k. Darah diambil dari vena mediana cubiti pada lipat siku.
l. Spuit disiapkan dengan memeriksa jarum dan penutupnya.
m. Setelah itu vena mediana cubiti ditusuk dengan posisi sudut 45 derajat dengan jarum menghadap keatas.
n. Darah dibiarkan mengalir kedalam jarum kemudian jarum diputar menghadap kebawah.
o. Kemudian jarum ditarik dengan tetap menekan lubang penusukan dengan kapas alkohol (agar tidak sakit).
p. Tempat bekas penusukan ditekan dengan kapas alkohol sampai tidak keluar darah lagi.
q. Setelah itu bekas tusukan ditutup dengan plester.
Analisis Tindakan/Perhatian
a. Pengambilan spesimen tidak boleh dilakukan pada vena-vena yang melebar (varises).
b. Darah yang diperoleh pada varises tidak menggambarkan biokimiawi yang sebenarnya karena darah yang diperoleh adalah darah yang mengalami stasis.
Referensi
Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Saku Keterampilan Dan Prosedur Dasar. Edisi 5. Jakarta: EGC.
- Finger Prick
Tingkat Keterampilan: 4A
Tujuan Pemeriksaan darah vena perifer.
Alat dan Bahan
a. Sarung tangan
b. Alat pemeriksaan kadar gula darah.
c. Kapas alkohol.
d. Strip pemeriksaan
Teknik Pemeriksaan
a. Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan dan minta informed consent pasien.
b. Siapkan peralatan yang dibutuhkan.
c. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan dan kenakan sarung tangan.
d. Pilih tempat pengambilan sampel yang sesuai: ujung-ujung jari pada sisi telapak tangan atau permukaan plantar lateral atau medial tumit bayi.
e. Bersihkan tempat pemeriksaan dengan kapas alkohol dan biarkan hingga kering.
f. Lakukan penusukan pada tengah ujung jari atau tumit bayi.
g. Lap tetesan darah pertama dengan menggunakan kasa.
h. Biarkan setetes kecil darah tebentuk dengan memberikan penekanan intermiten.
i. Sentuhkan ujung strip pemeriksaan pada tetes darah hingga darah mengisi seluruh bagian kapiler strip pemeriksaan.
j. Buang seluruh bahan pemeriksaan yang terkontaminasi pada kontainer yang sesuai. Buang lancet pada kontainer untuk benda tajam.
k. Lepas sarung tangan dan cuci tangan setelah selesai melakukan pemeriksaan.
Referensi
Munden J. Perfecting__clinical__procedures. Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins, 2008.