Sistem Hematologi dan Imunologi
- Palpasi Kelenjar Limfe Tingkat Keterampilan: 4A Tujuan: Menilai kelenjar limfe Alat dan bahan: -
Teknik Pemeriksaan Area kepala dan leher
a. Jelaskan kepada pasien jenis pemeriksaan yang akan dilakukan dan prosedurnya
b. Cuci tangan 7 langkah
c. Minta pasien untuk duduk berhadapan dengan pemeriksa
d. Inspeksi daerah leher
-
Perhatikan kesimetrisan, massa atau scars
-
Lihat apakah ada kelenjar limfe yang terlihat
e. Palpasi menggunakan bantalan dari jari telunjuk dan jari tengah dengan gerakan memutar yang lemah lembut, minta pasien untuk relax, dengan leher fleksi. Palpasi secara berurutan:
-
Preauricular à di depan telinga
-
Posterior auricular à superfisial di mastoid
-
Occipital à dasar tulang kepala posterior
-
Tonsillar à di bawah angulus mandibula
-
Submandibular àdi tengah di antara sudut dan ujung mandibula
-
_Submental_à di garis tengah beberapa sentimeter di belakang ujung mandibula
-
Superficial cervical à superfisial di sternomastoid
-
Posterior cervical àsepanjang tepi anterior dari trapezius
-
Deep cervical chain à bagian dalam di sternomastoid dan terkadang sulit untuk diperiksa. Kaitkan kedua ibu jari dengan jari-jari di sekitar otot sternomastoid
-
Supraclavicular à di dalam sudut yang dibentuk oleh klavikula dan sternomastoid
f. Rasakan ukuran, bentuk, batas, mobility, konsistensi, dan nyeri
Area lengan dan tungkai
a. Inspeksi kedua lengan pasien, nilai dari ujung jari hingga bahu
-
Minta pasien untuk mengangkat kedua lengannya ke arah depan.
-
Nilai ukuran, kesimetrisan dan lihat apakah ada pembengkakan
b. Palpasi epitrochlear node
-
Minta pasien untuk memfleksikan siku 90**°** dan angkat serta tahan lengan pasien dengan tangan pemeriksa (bagian kanan dengan bagian kanan dan sebaliknya).
-
palpasi di lekukan di antara otot biceps dan triceps, sekitar 3 cm di atas epikondilus medial. Jika teraba, nilai ukuran, konsistensi dan nyeri.
c. Inspeksi kedua ekstremitas bawah pasien dari pangkal paha dan pantat hingga kaki:
-
Minta pasien untuk berdiri dengan santai
-
Nilai ukuran, kesimetrisan dan lihat apakah ada pembengkakan.
d. Palpasi kelenjar limfe inguinal superfisial, termasuk grup vertikal dan horizontal:
-
Palpasi inguinal kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya
-
Nilai ukuran, konsistensi, persebaran dan nyeri
Analisis Hasil Pemeriksaan
a. Palpasi kelenjar limfe daerah kepala dan leher:
-
Kelenjar limfe tonsillar yang ada pulsasi kemungkinan itu adalah arteri karotis
-
Pembesaran kelenjar limfe supraklavikula, terutama sebelah kiri harus dicurigai sebagai keganasan yang metastasis dari torakal atau abdominal.
-
Kelenjar limfe yang teraba lunak kemungkinan merupakan inflamasi, kelenjar limfe yang teraba keras atau yang tidak bergerak kemungkinan merupakan keganasan
-
Limfadenopati yang difus harus dicurigai sebagai HIV atau AIDS
b. Palpasi kelenjar limfe daerah lengan dan tungkai:
-
Edema kelenjar limfe di lengan dan tangan mungkin akibat dari diseksi kelenjar limfe aksila dan terapi radiasi
-
Limfe epitrochlear yang membesar kemungkinan merupakan infeksi lokal atau distal atau berhubungan dengan limfadenopati generalisata
-
Limfadenopati berarti pembesaran kelenjar limfe dengan atau tanpa nyeri. Coba untuk membedakan antara limfadenopati lokal dan generalisata dengan menemukan
(1) lesi penyebab di drainage area atau (2) pembesaran limfe setidaknya di area yang tidak berdekatan.
Referensi
Bickley, LS. Szilagyi PG: Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking, 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins, China, 2009, p 481-483
- Konseling Anemia Defisiensi Besi, Thalassemia dan HIV Tingkat Keterampilan: 4A
Tujuan: Melakukan konseling pada pasien yang mengalami anemia, thalassemia ataupun HIV
Alat dan Bahan: - Langkah konseling
Anemia/ Thalassemia HIV
1. Terdiagnosa
anemia/thalassemia dan kausanya
2. Kemauan pasien
3. Tersedianya waktu konsultasi
4. Rekam medik
5. Ada konselor
-
Kasus HIV
-
Kemauan pasien
-
Ada potensi pencegahan penularan
-
Ada potensi upaya paliatif
-
Tersedianya waktu konsultasi
-
Rekam medik
-
Ada konselor
-
Ada media konseling
Anemia/ Thalassemia HIV
6. Ada media konseling
7. Ada biaya konseling
-
Ada biaya konseling
-
Stigma masyarakat
1. Melaksanakan metode
konseling baku
2. Ada program konseling anemi sesuai kausanya
3. Pasien mengikuti program
4. Analisis kemajuan program
- Melaksanakan metode konseling
baku HIV
-
Ada program konseling HIV
-
Pasien mengikuti program
-
Analisis kemajuan program
-
Edukasi psikologi pasien
1. Terlaksananya program
konseling
2. Ada laporan kemajuan program
3. Ada tindak lanjut dari setiap laporan kemajuan
-
Terlaksananya program konseling
-
Ada laporan kemajuan program
-
Ada tindak lanjut dari setiap laporan kemajuan
-
Tercegahnya penurunan CD4 <200 cell/m3
-
Terjadinya kemajuan peran diri
Kadar hemoglobin normal1. Terhindar dari infeksi oportunistik
- Mampu bersosialisasi
1. Aktifitas keseharian
normal
2. Tumbuh kembang optimal
3. Proses reproduksi optimal
4. Mengurangi resiko sakit
5. Mengurangi komplikasi
6. Angka kematian Ibu dan Anak turun
7. Pencegahan biaya berobat
-
Tidak terjadi penularan HIV baru
-
Lebih percaya diri untuk berinteraksi dengan masyarakat
-
Kualitas hidup meningkat
-
Usia harapan hidup meningkat
Prinsip konseling pada anemia defisiensi besi adalah memberikan pengertian kepada pasien dan keluarganya tentang perjalanan penyakit dan tata laksananya, sehingga meningkatkan kesadaran dan kepatuhan dalam berobat serta meningkatkan kualitas hidup pasien untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi besi.
Pada HIV/AIDS, penting disampaikan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit HIV/AIDS. Selain itu, penting untuk menyarankan pasien agar bergabung dengan kelompok penanggulangan HIV/AIDS sehingga ia mampu menguatkan dirinya dalam menghadapi pengobatan penyakitnya.
Referensi
Kementerian Kesehatan RI dan WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013